Tapi jangan khawatir, peneliti dari Stanford University sedang melakukan penelitian dan percobaan stimulasi otak untuk memperbaiki kemampuan gerak, komunikasi, dan menyimpan memori pada pasien pasca mengalami serangan stroke. Stimulasi yang dilakukan oleh tim ini adalah dengan menembakkan seberkas cahaya ke otak dengan tujuan untuk melihat bagaimana sel otak diperbaiki dan diberikan perawatan baru saat masa pemulihan stroke.
Percobaan ini menggunakan teknik yang disebut optogenetik untuk menstimulasi motor korteks, yaitu bagian otak yang berfungsi untuk merespons gerakan dan ikut andil dalam timbulnya serangan stroke. Tapi, percobaan ini baru dilakukan dengan menggunakan tikus percobaan. Berdasarkan hasil percobaan, dalam waktu 10 hari, tikus yang ditembakkan cahaya mampu bergerak lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim peneliti percaya optogenetik bisa membantu tim medis untuk mengatasi perubahan dalam sel otak saat masa pemulihan stroke. Saat ini pun mereka masih melihat apakah optogenetik bisa menstimulasi bagian otak selain motor korteks. Mereka pun percaya jika teknik ini mungkin bisa lebih efektif jika dilakukan untuk memulihkan pasien saat perawatan pascastroke.
Tetapi, penelitian ini masih belum bisa diujicobakan kepada manusia. Masih dibutuhkan beberapa modifikasi genetik terhadap sel target. Dikatakan Prof Steinberg, kemungkinan bisa digunakan stimulan yang elegan dan halus untuk pemulihan otak pascastroke.
"Menggunakan teknik optogenetik ini bisa membantu kita meningkatkan pemahaman tentang mekanisme pemulihan stroke. Walaupun masih terlalu dini untuk kita menyimpulkan jika penelitian ini bisa digunakan untuk perawatan terhadap pasien stroke," ucap Prof Steinberg.
(rdn/up)











































