Demensia atau pikun bisa membuat seseorang kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari. Untuk itulah, tak ingin mengakhiri sisa hidupnya dengan demensia, Gillian Bennett (83) memutuskan bunuh diri.
Di halaman belakang rumahnya di Bowen Island, Gillian mengakhiri hidupnya didampingi sang suami, Jonathan yang sudah menikahinya selama 60 tahun. Dikatakan Jonathan, ia sengaja mendukung apa yang dilakukan sang istri karena Gillian akan melakukan apa yang sudah menjadi keputusannya.
Jonathan mengisahkan, sang istri memintanya membawakan matras untuk bisa bersantai di halaman belakang rumahnya sambil memandangi tebing. Sambil menggenggam tangan Jonathan, Gillian pun menenggak wiski yang dibarengi dengan Nembutal, sejenis obat anti cemas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika berada pada tahap awal demensia, Gillian sempat membuat situs yang berisikan kegundahan hatinya dan betapa yakinnya ia ingin mengakhiri hidup dengan sengaja akibat demensia yang dialaminya.
"Penyakit ini adalah silent killer dan sangat menyebalkan. Jika aku harus menghabiskan hidupku dengan demensia, itu akan menyusahkan keluarga terutama suamiku. Jadi, mengakhiri hidupku kurasa adalah jalan yang tepat," tulis Gillian dalam situs deadatsoon.com dan dikutip pada Kamis (21/8/2014).
Selama hidupnya, Gillian yang lahir di Selandia Baru berprofesi sebagai psikoterapis. Ia pun kerap berpindah tempat tinggal di Inggris, Kanada dan Amerika Serikat. Sebelum mengakhiri hidupnya, Gillian sempat menghabiskan waktu bersama dengan anaknya Guy (55) dan Sara (56) serta enam cucu dan dua cicitnya.
"Saat mengakhiri hidupnya Gillian tak merasa takut sama sekali. Dua hari setelah kepergiannya, aku merasakan kesedihan sekaligus bahagia karena Gillian melakukan hal yang memang sudah menjadi keputusannya," kata Jonathan.
(rdn/up)











































