Jangan Senang Dulu, Istri Telat Haid Belum Tentu Positif Hamil

Jangan Senang Dulu, Istri Telat Haid Belum Tentu Positif Hamil

- detikHealth
Minggu, 24 Agu 2014 07:57 WIB
Jangan Senang Dulu, Istri Telat Haid Belum Tentu Positif Hamil
Jakarta -

"Kita akan segera punya momongan". Kalimat tersebut bisa saja diutarakan pasangan suami istri ketika mengetahui si wanitanya terlambat datang bulan. Tapi jangan salah, haid yang telat belum tentu tanda dari kehamilan lho.

Memang, diakui dr Rishma Dhillon Pai, konsultan ginekologi di Lillavati Hospital, Mumbai, bagi wanita menikah usia 50 tahun ke bawah dan mengalami datang bulan, bisa jadi memang hamil. Tetapi patut diingat bahwa pola gaya hidup juga memengaruhi siklus menstruasi.

Stres dan kurang tidur merupakan salah satu gaya hidup yang sering membuat wanita telat atau bahkan absen menstruasi dalam kurun satu periode. Turunnya berat badan karena diet atau stres juga bisa membuat wanita telat datang bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Diet yang buruk seperti makan tidak teratur, tidak memenuhi kebutuhan gizi selain mengganggu metabolisme tubuh juga berpengaruh pada siklus menstruasi Anda. Menjaga berat badan memang penting tapi jangan sampai membuat tubuh Anda kekurangan zat-zat yang dibutuhkan," terang dr Pai.

Jika Anda tidak stres, terlalu lelah, atau melakukan diet yang salah tetapi mengalami telat datang bulan, kemungkinan terdapat Polycystic Ovary (PCO). Untuk memastikan apakah memang terdapat PCO, dokter biasanya akan melakukan USG.

Maka dari itu, ketika haid sudah terlambat lebih dari 3 bulan, wajib untuk memeriksakan diri ke dokter, demikian diutarakan dr Aryando Pradana SpOG dari RSIA Bunda Menteng, Jakarta. Jika sudah menikah dan pernah melakukan hubungan seksual bisa saja telat datang bulan karena hamil dan jika positif, dokter akan melakukan USG.

"Tapi kalau belum menikah dan secara seksual belum aktif, usianya masih di bawah 25 tahun, tidak haid hingga 3 bulan akan dievaluasi. Untuk penanganan, tergantung penyebab telat haidnya. Kalau memang karena hormon, bisa diberikan terapi obat hormonal," terang dr Aryando, seperti ditulis Minggu (24/8/3014).

(rdn/up)

Berita Terkait