Awas, berbagai gangguan kesehatan pun siap mengintai bila Anda terlalu banyak menghabiskan waktu dengan teknologi ini. Bahkan muncul gangguan-gangguan fisik maupun mental baru karenanya. Seperti apa gangguan fisik dan mental baru yang dimaksud?
Simak paparannya seperti dirangkum detikHealth, Selasa (26/8/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Sindrom 'Ponsel Bergetar'
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Belakangan peneliti dari University of Sydney berhasil menemukan penjelasan mengapa hal ini bisa terjadi. Mereka menduga sensasi getaran ponsel tersebut sebenarnya pengaruh dari radiasi gelombang elektromagnetik dari ponsel.
"Saya kira itu terkait sinyal elektrik yang berasal dari transmisi (radiasi ponsel), yang ditangkap sistem saraf di sekitarnya dan memberikan sensasi bergetar," kata salah satu peneliti, Alex Blaszczynski.
2. Sindrom Gaya Hidup Sibuk
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Salah satu gejala yang dapat dikaitkan dengan gangguan ini antara lain turunnya rentang perhatian (attention span) dan tingkat konsentrasi, yang paling sering ditemukan pada generasi muda.
3. Sindrom Pembunuh Gairah Bercinta
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Gejala pertama, mereka sulit memusatkan perhatian pada seks yang sebenarnya, seperti halnya yang terjadi pada pengidap ADD (Attention Deficit Disorder) atau sindrom yang menyebabkan gangguan pemusatan perhatian. Akibatnya, orang dengan SADD sering kesulitan mempertahankan ereksi selama hubungan seksual atau susah ejakulasi. Bahkan, jika SADD-nya sudah parah, seseorang hanya dapat orgasme dengan rangsangan tangan atau oral.
Pria dengan SADD juga cenderung merasa bosan atau tidak sabar saat berhubungan seks. Anda mungkin akan terangsang secara fisiologis saja, di mana penis mampu ereksi, tetapi kondisi psikologis Anda tidak dapat menanggapi rangsangan tersebut.
4. Fobia Ketinggalan Berita
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Istilah asingnya adalah 'Fear of Missing Out' atau FoMO. Anehnya, konsep ini muncul karena seseorang merasa khawatir bila orang lain terlihat asyik sendiri atau lebih bahagia daripada mereka. 'Pengidap' FoMO juga cenderung ingin terhubung dengan media sosial secara terus-menerus, terutama untuk mengetahui apa yang orang lain lakukan alias kepo.
5. Infomania
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Tak hanya itu, infomania ini juga didorong oleh ketakutan seseorang untuk disebut kuper (kurang pergaulan) atau ketinggalan jaman. Penderita kecanduan ini enggan melewatkan berbagai pesta yang digelar teman-temannya, berita terbaru atau gosip selebriti terhangat yang seringkali dijadikan acuan tingkat 'gaul' seseorang di mata orang-orang yang berada dalam lingkungan pergaulannya.
6. Demensia Digital
|
Ilustrasi (Foto: Getty Images)
|
"Penggunaan ponsel pintar dan perangkat games secara berlebihan terbukti mengganggu perkembangan otak dan menurunkan kemampuan kognitif mereka seperti halnya pada pasien cedera kepala bahkan juga penyakit kejiwaan," tandas Gi-won.
Halaman 2 dari 7











































