Belajar dari Kasus Dugaan Penganiayaan Anak oleh Pengasuh di Day Care

Belajar dari Kasus Dugaan Penganiayaan Anak oleh Pengasuh di Day Care

- detikHealth
Kamis, 04 Sep 2014 10:48 WIB
Belajar dari Kasus Dugaan Penganiayaan Anak oleh Pengasuh di Day Care
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Agar tenang bekerja, menitipkan anak di day care menjadi pilihan beberapa orang tua. Namun ketenangan Lisa yang menitipkan buah hatinya yang berusia 14 bulan di day care yang berlokasi di Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, terusik. Bagaimana tidak, anaknya diduga menjadi korban penganiayaan yang dilakukan pengasuh di penitipan bayi Highreach. Bagaimana agar anak terhindar dari kasus seperti itu?

"Dari kasus itu, orang tua perlu me-review kembali segala hal di day care tersebut. Mainannya seperti apa, kegiatan anaknya seperti apa, interaksi pengasuh dengan anak seperti apa, kualitas pengasuh seperti apa, lalu hubungan pengelola day care dengan orang tua anak seperti apa, " ujar psikolog anak dan keluarga, Roslina Verauli M.Psi dalam perbincangan dengan detikHealth, Kamis (4/9/2014).

Ketika ada kasus yang muncul di day care, bukan berarti semua day care bermasalah. Sama halnya ketika ada kasus kriminal yang dilakukan oleh baby sitter ataupun asisten rumah tangga kepada anak yang diasuhnya, bukan berarti semua baby sitter dan asisten rumah tangga adalah orang jahat. Perlu dilihat kasus per kasus, mengapa tindakan yang tidak diinginkan itu terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengasuh bisa saja bekerja tidak sesuai dengan standar yang diterapkan karena mungkin dibayar tidak memadai. Karena kesal, makanya jadi mudah melampiaskan kekesalan pada anak yang diasuhnya. Selain itu bisa jadi karena ada terlalu banyak anak yang diurus, sehingga kesulitan membagi perhatian," tutur perempuan yang akrab dipanggil Vera itu.

"Tekanan banyak, gaji kecil, apalagi tidak memperoleh pendidikan yang memadai sehingga nggak tahu bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak yang baik dan benar," imbuhnya.

Agar anak terhindar dari kasus serupa, Vera menyarankan agar orang tua menjaring pendapat sebanyak-banyaknya terkait reputasi day care tertentu. Rekomendasi dari orang lain diperlukan agar orang tua merasa nyaman saat meninggalkan anaknya di day care ketika mereka bekerja.

Jika day care dilengkapi CCTV, orang tua bisa meminta kepada pengelola day care agar mereka bisa turut memonitor CCTV tersebut. "Sekarang kan CCTV bisa terhubung ke tablet, smartphone, jadi bisa memonitor apa yang dilakukan dan dialami anak," imbuh Vera.

Sebelumnya diberitakan, Lisa, ibunda dari RAN (14 bulan) curiga anaknya mendapat kekerasan dari pengasuh di day care. Dia pun meminta rekaman CCTV. Dari rekaman CCTV, Lisa melihat anaknya ditoyor hingga kereta dorongan bayinya dijungkirbalikkan pengasuh.

Lisa menyebut dari rekaman CCTV terlihat anaknya rewel, kemungkinan karena lapar lantaran belum diberi susu. Karena rewel, DS menoyor RAN yang didudukkannya di kereta bayi. Dari rekaman CCTV, terlihat si pengasuh mencubit pipi bayi 14 bulan tersebut hingga memar.

RAN yang merasa kesakitan tak berhenti menangis. DS sempat berupaya mendiamkan dengan menggoyangkan kereta. Namun, karena RAN tak berhenti menangis, DS kesal dan akhirnya menjungkirbalikkan kereta RAN. RAN terjatuh dan merangkak keluar sendiri dari kereta dorongnya. Menurut Lisa, dalam ruangan itu DS tak sendiri. Ada 2 orang rekannya yang melihat kejadian itu namun tak mencoba menghentikan.

Lisa akhirnya melaporkan pengelola Highreach ke Mapolres Jakarta Pusat. Pihak pengelola sudah menyampaikan permohonan maaf, akan tetapi proses hukum terus berlanjut.

(vit/up)

Berita Terkait