Kondisi tersebut dialami oleh Tien Suharya, ibunda dari Kusuma Dewi Suharya, Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia. Kala itu, ia mengaku sempat sebal dengan ibunya dan akhirnya memutuskan 'kabur' ke luar negeri.
"Saya sempat berpikir ibu saya orang paling menyebalkan di dunia. Sering marah, sensitif, sering menuduh yang nggak-nggak. Akhirnya saya memutuskan kabur ke luar negeri untuk kuliah," tutur DY (dibaca Diway-red), panggilan akrabnya di sela-sela Jalan Sehat Peduli Alzheimer yang dilakukan pada Car Free Day Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, seperti ditulis Senin (22/9/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan sang ayah, Yaya Suharya, sempat pula merasa sedih. Pasalnya, ia kerap pergi ke acara-acara formal seperti pernikahan, arisan atau acara lainnya seorang diri karena Tien merasa rendah diri.
"Ibu saya dulu nggak suka ikut-ikut kayak gitu. Bilangnya malas pergi karena takut dihina gara-gara pakai tas yang itu-itu saja. Setelah saya cek, tas bermereknya ada 50 buah, namun beliau tidak ingat sama sekali pernah membeli itu. Akhirnya pakai tasnya itu lagi itu lagi," urainya.
Ketika itu, DY yang sedang mengambil kuliah tentang Public Health di Australia menangkap gejala-gejala alzheimer sama seperti yang dialami ibunya. Setelah mencari informasi lebih lanjut, ia pun memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan membawa ibunda ke dokter untuk scan MRI.
Terbukti, scan MRI serta berbagai tes psikologis menunjukkan bahwa sang ibunda mengalami gejala-gejala alzheimer tingkat menengah. Karena itulah DY akhirnya mencari-cari informasi soal alzheimer sebelum akhirnya membentuk Alzheimer Indonesia bersama teman-temannya.
Ia juga menyarankan agar segera membawa orang tua ke dokter jika menunjukkan gejala-gejala awal alzheimer seperti mudah lupa, sensitif dan sering marah. Tak lupa, peran keluarga sebagai perawat dan pemberi semangat juga harus terlebih dahulu dibekali dengan pelatihan.
"Contohnya saya saja. Kakak saya nggak kuat nyuapin ibu saya, sering muntah atau apa, akhirnya saya yang ngambil peran jadi caregiver. Sementara kakak saya jadi provider alias penyokong. Beliin pampers, sarung tangan dan lain lain. Jadi semuanya punya peran masing-masing," tutupnya.
(rsm/up)











































