Tak Murah, Investasi Pabrik Obat Kanker Nilainya Ratusan Miliar Rupiah

Tak Murah, Investasi Pabrik Obat Kanker Nilainya Ratusan Miliar Rupiah

- detikHealth
Senin, 22 Sep 2014 16:21 WIB
Tak Murah, Investasi Pabrik Obat Kanker Nilainya Ratusan Miliar Rupiah
(Foto: Reza/detikHealth)
Jakarta - Pabrik yang membuat obat kanker di Indonesia memang masih terbilang langka. Sebabnya, nilai investasi untuk pabrik kanker, termasuk berbagai macam peralatannya, memerlukan jumlah uang yang tak sedikit, bisa mencapai ratusan miliar rupiah.

Ferry Soetikno, CEO Dexa-medika Group, induk perusahaan PT Fonko Internasional Pharmaceuticals mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui berapa nilai total investasi yang dikeluarkannya ketika membangun pabrik khusus obat kanker. Yang pasti, nilainya ada di atas Rp 100 juta.

"Nilai pastinya saya kurang tahu detilnya. Yang pasti nilainya ratusan juta rupiah. Tadi alat untuk steril vial (botol kecil) saja bisa Rp 40 juta. Belom alat lainnya lagi," tutur Ferry kepada wartawan di acara peresmian Fasilitas Produksi Sediaan Onkologi, PT Fonko di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/9/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

‎PT Fonko Internasional Pharmaceuticals menjadi nama terbaru industri farmasi yang mampu membuat obat kanker di Indonesia. Sebelumnya, hanya dua perusahaan lain yang mampu melakukan hal tersebut. Sisanya, obat kanker masih harus diimpor dari luar negeri.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pun meninjau langsung isi pabrik yang terletak di Cikarang tersebut. Karena bahan baku obat kanker banyak yang bersifat toksik (beracun) dan demi menjaga sterilitas ruangan, peninjauan dilakukan melalui kamera CCTV yang dapat diakses dari ruang kontrol.

Pada kegiatan peninjauan tersebut, Ferry menjelaskan beberapa poin penting dalam proses pembuatan obat kanker. Salah satunya adalah proses sterilisasi vial yang dilakukan dalam alat mirip oven dan bersuhu 360 derajat celsius. Selain itu nampak juga beberapa pekerja yang berfungsi sebagai operator.

"Pekerjaan karyawannya terbilang tidak banyak karena alatnya termasuk hi-tech (teknologi canggih) sehingga tak butuh banyak tenaga manusal. Hanya ada operator yang fungsinya jika ada terjadi masalah atau kendala pada alat," urai Ferry.

Para operator wajib menggunakan baju pelindung untuk melindungi mereka dari bahan beracun yang terkandung di bahan baku obat kanker. Jika ada kendala teknis pun, mereka juga harus menggunakan isolator agar kulit tak bersentuhan langsung dengan bahan-bahan tersebut.

Ferry juga menyebutkan bahwa pabriknya belum melakukan produksi secara komersial. Beberapa botol yang ditampilkan hanyalah produk contoh. Saat ini, obat-obat tersebut masih dalam tahap registrasi obat yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Menkes pun mengapresiasi kemauan Dexa-medika untuk berinvestasi di bidang obat-obatan untuk kanker. Ia berharap, apa yang dilakukan oleh Dexa-medika dapat menjadi contoh bagi industri farmasi lain di Indonesia agar obat untuk masyarakat dapat dijual dengan harga lebih murah dan terjangkau hingga ke seluruh lapisan.

"Investasi ini kan tidak murah ya. Saya atas nama pemerintah meangapresiasi luar biasa industri farmasi Indonesia yang mampu ‎membuat obat murah dan bagus. Semoga diikuti juga oleh industri farmasi lainnya," tutup Menkes.

(rsm/vit)

Berita Terkait