Dr Shae-Lee McArthur, peneliti dari Departemen Fisiologi Monash University menjelaskan bahwa jika pasangan pergi ke dokter sebelum menikah, maka dokter biasanya akan menyarankan keduanya untuk menjalani serangkaian tes, yang hasilnya dapat memberikan petunjuk apakah ada risiko kemandulan yang mungkin dialami.
Dilanjurkan McArthur, pria kemudian diminta mengumpulkan sampel cairan semennya agar dokter dapat memeriksa jumlah dan kemampuan berenang (motilitas) dari sperma yang mereka hasilkan dan ada tidaknya antibodi dalam sperma mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya (pemeriksaan sperma) penting, karena bisa saja dia nggak ada sperma, berarti nggak bisa menghamili dong. Karena yang menentukan kehamilan salah satunya sperma," tuturnya kepada detikHealth beberapa waktu lalu dan ditulis pada Selasa (30/9/2014).
dr Maria Sukmawaty Hernan juga berpendapat senada. Saat dihubungi detikHealth beberapa waktu lalu dr Maria mengatakan sebaiknya setiap pasangan baik pria maupun wanita memeriksakan kesehatan reproduksinya untuk mengetahui apakah ada masalah dalam organ reproduksinya.
"Sehingga jika nanti terjadi sesuatu seperti susah memiliki anak atau ada masalah pada kandungannya, pasangan tidak saling menyalahkan satu sama lain," kata dokter yang berpraktik di Bandung ini.
Dikutip dari Mayo Clinic, tes sperma merupakan salah satu tes penting yang dapat dilakukan untuk menilai status kesuburan seorang pria. Beberapa hal yang diukur melalui tes sperma di antaranya volume, jumlah, konsentrasi, pergerakan, serta bentuk sperma.
Dianjurkan pria untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter spesialis guna mengetahui pengobatan yang tepat agar bisa membuahi sel telur jika memang didapat ada masalah pada tes spermanya.
(ajg/vta)











































