Kelainan refraksi seperti mata minus dan silinder banyak menjangkiti anak sekolah. Kadang-kadang tidak terdeteksi, padahal berdampak sangat serius. Tidak usah jauh-jauh bicara kebutaan, prestasi belajar pun bisa menurun karenanya.
Salah satunya dialami Anisa, siswi kelas 9 SMP N 3 Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Ia baru saja menerima kacamata gratis dari Standard Chartered dan Helen Keller International, berukuran minus 1,75 untuk lensa kiri dan minus 2 untuk mata kanan.
"Pakai kacamata sejak kelas 7. Ini sekarang nambah," kata Anisa yang mengaku sudah memakai kacamata sejak kelas 7, ditemui Kamis (9/10/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yani, guru UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) SMP N 3 Manggarai membenarkan bahwa jumlah siswa yang menerima kacamata gratis cenderung bertambah. Jika tahun lalu tercatat hanya 82 siswa-siswi, tahun ini mencapai 132 siswa-siswi.
"Sebagian karena minusnya tambah, tapi ada beberapa yang memang baru pertama kali pakai kacamata," kata Yani.
Dr Satya Prabha Kotha dari Helen Keller International mengatakan, kelainan refraksi kerap tidak disadari. Akibatnya,Bagi anak sekolah, dalam jangka panjang memang bisa berdampak pada prestasi belajarnya.
"Karena tidak jelas melihat, prestasi belajarnya bisa menurun," kata Dr Satya.
Sejak 2009, Helen Keller International melatih 1.930 guru UKS se-Jakarta untuk mendeteksi kelainan refraksi. Tercatat 155.701 murid SMP telah diperiksa, 23.213 di antaranya mendapatkan kacamata gratis. Di kalangan guru, pemeriksaan dilakukan juga pada 8.098 guru, 7.254 di antaranya mendapatkan kacamata.
(up/vit)











































