Dijelaskan Prof Dr dr Soegiharto Soebijanto, SpOG (K) dari FKUI, sama seperti proses kehamilan alami, puncak fertilitas wanita umumnya terjadi saat ia menginjak usia sekitar 20 tahun. Menginjak usia lebih dari 35 tahun, kesuburannya pun mulai menurun.
"Nah, pada usia 40 tahun kesempatan hamil akan menurun 30-50%. Salah satu faktor yang paling berperan adalah menurunnya kuantitas dan kualitas sel telur secara alami. Hal ini pula yang ikut menentukna keberhasilan program bayi tabung," tutur dr Soegiharto dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar obstetri dan ginekologi FKUI beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan dr Soegiharto, dr Ivan Rizal Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG dari Morula IVF Clinic Jakarta menuturkan dibanding ayah, usia ibu jauh memengaruhi keberhasilan program bayi tabung. Sebab, akan terjadi penurunan angka cadangan telur dengan semakin bertambahnya usia ibu. Bahkan, pada usia 30-35 tahun akan terjadi penurunan yang signifikan.
"Kalau (usia ibu) di bawah 35 tahun presentase keberhasilannya 45-50%. Kalau usia 35-38 tahun antara 30-35%. Untuk usia 38-40 tahun 25-30%, dan di atas 40 tahun antara 20-25%," papar dr Ivan kepada detikHealth dan ditulis pada Kamis (9/10/2014).
Terkait pengaruh stres pada ibu dengan keberhasilan bayi tabung, dr Soegiharto menuturkan berdasarkan penelitian di Swedia tahun 2006 terhadap 166 wanita ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara stres psikologi dengan hasil kehamilan dalam program bayi tabung.
"Walau begitu, tetap dilakukan pencegahan supaya stres yang dialami wanita saat menjalani prosedur bayi tabung bisa ditekan seminimal mungkin. Apalagi, prosedur pengobatan infertilitas sering juga menimbulkan stres apalagi jika hasilnya tidak kunjung diperoleh," tutur dr Soegiharto.
(rdn/vit)











































