"Kenalkan pada anak bahwa pacaran adalan proses berkenalan sebelum seseorang akan menikah. Sehingga terbentuk konsep di pikiran anak bahwa pacaran adalah sesuatu yang serius," tutur psikolog Ajeng Raviando.
Ditemui usai Grand Launching 'One Stop Shopping for Mom and Baby' di Transmart Carrefour Super Center, Cikokol, Tangerang, seperti ditulis pada Sabtu (11/10/2014), nantinya anak bisa tidak menganggap pacaran adalah main-main.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menikah adalah salah satu bentuk kasih sayang antara mama dan papa. Setelah menikah saat tiba waktunya nanti kita boleh kok memeluk, mencium pipi atau kening seperti yang mama dan papa lakukan," imbuh Ajeng.
Dengan begitu, anak nantinya tidak akan sembarangan jika ada yang merangkul, mencium, atau menyentuhnya. Pengetahuan seperti ini secara tidak langsung menjadi 'pertahanan' bagi anak dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pelecehan seksual.
Jika anak membicarakan soal pacaran terus menerus, orang tua perlu bertanya bagaimana pemahaman anak tentang pacaran dan sampai sejauh mana. Jika ada yang keliru, baru beri penjelasan sebenarnya dengan bahasa yang disesuaikan dengan usia anak.
"Kalau kita kepepet bingung mau jawab apa, minta anak untuk menunggu karena ayah atau ibu belum bisa jawab sekarang tapi berjanjilah kalau Anda akan cari tahu. Saat sudah dapat jawaba, tetap terangkan pada anak. Jangan anggap dia udah lupa lantas dibiarin aja. Justru dengan begitu anak makin percaya dan terbuka dengan orang tua," papar Ajeng.
(rdn/up)











































