Awalnya, Fidyka menerima beberapa tusukan di punggungnya sekitar 4 tahun silam. Setelah kurang lebih dua tahun masa pengobatan, ia mulai bisa merasakan sensasi dan gerakan di kakinya secara alami.
Jurnal Cell Transplantation menjelaskan bahwa teknik transplantasi ini merupakan sebuah terobosan terbaru yang melibatkan transplantasi sel dari organ penciuman ke sumsum tulang belakang pasien untuk membangun kembali 'jembatan saraf' antara dua ujung dari tulang belakang yang rusak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah badan amal di Inggris yang sebagian mendanai penelitian, The Nicholls Spinal Injury Foundation, mengatakan sebab sembuhnya Fidyka juga mungkin karena ia memiliki semangat hidup yang tinggi untuk bisa hidup dengan bebas dan mandiri.
Raisman, dokter spesialis cedera tulang belakang dari UCL bekerja sama dengan ahli bedah dari Wroclaw University Hospital di Polandia. Para ahli ini kemudian mengambil 'lampu' atau sel penting di organ penciuman Fidyka, kemudian mentransplantasi sel penciuman yang disebut olfactory ensheathing cells (OECs) bersama dengan sel saraf penciuman atau olfactory nerve firoblasts (ONFs) ke area yang cedera.
OECs merupakan sel yang ditemukan di sistem saraf perifer dan pusat. Bersama dengan ONFs, keduanya membentuk bundel serat saraf di indera penciuman. Saat saraf ini diambil untuk transplantasi, mereka akan beregenerasi dengan sendirinya. Tim peneliti percaya bahwa penanaman kedua sel tersebut ke area sumsum tulang belakang yang cedera akan memungkinkan serabut saraf yang putus tumbuh kembali.
Para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini juga berpendapat bahwa hal ini tentunya membuka harapan baru bagi mereka yang lumpuh akibat cedera tulang belakang. Akan tetapi, harus dicari tahu lebih lanjut apa yang sebenarnya menyebabkan keberhasilan ini demi kebaikan di masa mendatang.
"Meskipun studi ini hanya mengacu pada satu pasien, tetapi cukup memberikan harapan pengobatan untuk pemulihan seseorang dengan cedera tulang belakang yang cukup parah," kata John Sladek, seorang professor Neurologi dan Pediatri di University of Colorado School of Medicine, Amerika Serikat.
Raisman dan peneliti lainnya yang terlibat juga berencana akan melakukan terobosan ini ke beberapa pasien lainnya dalam jangka waktu tiga sampai lima tahun ke depan dengan prosedur yang bertahap.
(ajg/vit)











































