Wanita berumur 38 tahun itu sama sekali tak mengira bila ia mengalami kondisi langka yang disebut 'uterus didelphys' tersebut. "Ketika saya diberitahu kalau punya dua rahim dan dua serviks, saya sangat terkejut. Karena saya rutin pap smear selama bertahun-tahun, tapi tak ada yang tahu itu," tutur Jane seperti dikutip dari berbagai sumber, Jumat (24/10/2014).
Dokter yang memeriksa Jane kemudian menjelaskan wanita yang mengalami 'uterus didelphys' terlahir dalam keadaan sudah mempunyai dua rahim, dua serviks yang terpisah, bahkan terkadang dua vagina yang berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pada penderita 'uterus didelphys', kedua tabung tadi tidaklah menyatu sepenuhnya, bahkan masing-masing berkembang menjadi rahim sendiri-sendiri, sehingga ketika lahir si wanita ini mempunyai dua rahim. Hanya saja, kondisi semacam ini biasanya baru ketahuan saat si wanita telah memasuki masa puber.
Anehnya Jane sama sekali tak tahu soal itu hingga usianya mencapai 38 tahun. Hal ini diamini Dr Leila Hanna, dokter spesialis obgyn dari BMI The Sloane Hospital. "Sebagian wanita tak menyadari kalau punya rahim tambahan selama bertahun-tahun. Biasanya ini baru ketahuan ketika mereka melakukan pemeriksaan fisik atau pap smear," katanya.
Sayang, meskipun kondisi ini memungkinkan Jane untuk hamil di dua rahim sekaligus, dokter juga mengatakan penderita kondisi ini berisiko menghadapi sejumlah komplikasi bila mereka benar-benar mengandung.
Karena masih ingin memiliki keturunan, Jane pun direkomendasikan untuk melakukan prosedur IVF atau bayi tabung, karena inilah satu-satunya cara yang bisa diambil Jane agar ia bisa memenuhi mimpinya untuk menjadi seorang ibu.
Jane pun mendaftar. "Tapi saat itu saya mengeluh tak enak badan. Lalu dokter meminta saya melakukan tes urine, ternyata saya malah dinyatakan sedang hamil tujuh minggu," ungkapnya. Tak kepalang bahagianya Jane saat itu. Namun karena 'uterus didelphys' yang dideritanya, wanita asal Barry, South Wales ini harus menjalani scanning untuk memastikan kondisi kandungannya baik-baik saja.
"Mereka harus memastikan apakah benar-benar ada janin yang terbentuk dalam rahim saya. Ternyata memang ada, janin itu ada di rahim kiri saya," ungkapnya.
Selama 39 minggu kehamilan, Jane pun harus menjalani 17 kali scanning untuk memastikan kondisi bayinya tetap sehat, karena dokter juga khawatir sang anak akan terkena dampak dari 'uterus didelphys' yang dialami Jane.
Hingga akhirnya sang bayi berhasil lahir ke dunia dengan selamat lewat operasi Caesar pada tanggal 18 Juli 2014. Si kecil pun kemudian diberi nama Grace karena bagi Jane dan suaminya, Jane dan suaminya, Paul Herridge, Grace adalah keajaiban dalam hidup mereka.
"Kebetulan ia lahir 11 hari selepas ulang tahun saya yang ke-40. Dan inilah kado terindah yang pernah saya dapatkan," tuturnya penuh haru sekaligus bahagia.











































