Alergi Antibiotik Langka, Bocah Ini 'Terbakar' dari Dalam

Alergi Antibiotik Langka, Bocah Ini 'Terbakar' dari Dalam

- detikHealth
Selasa, 28 Okt 2014 07:31 WIB
Alergi Antibiotik Langka, Bocah Ini Terbakar dari Dalam
Lydia Lal
Jakarta - Para pakar telah mewanti-wanti antibiotik bukanlah obat untuk segala penyakit, dan tak semua infeksi sebaiknya disembuhkan dengan minum antibiotik. Salah-salah yang terjadi malah alergi, seperti halnya yang dialami bocah bernama Lydia Lal ini.

Awalnya bocah asal Wolverhampton, West Midlands ini mengeluh demam tinggi di bulan Mei 2014. Sang ibu pun membawanya ke dokter. Di sana ia diberi resep antibiotik yang mengandung penisilin untuk meredakan demamnya tersebut.

Sang ibu, Asha, tentu tak tahu-menahu bila putrinya alergi terhadap antibiotik. Jadi tanpa pikir panjang, ia meminta Lydia untuk meminum obat tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun di malam hari, Asha melihat kulit Lydia justru melepuh dan demamnya makin tinggi. Panik, Asha pun melarikannya ke University Hospital of North Stafford, Stoke, Inggris.

Saat itu juga dokter mendiagnosis Lydia terserang TENS atau Toxic Epidermal Necrolysis Syndrome. Sindrom langka ini mengakibatkan luka bakar parah di organ dalam seperti ginjal, liver dan paru-paru, termasuk luka bakar di sekujur tubuh bagian luar sehingga Lydia harus kehilangan sebagian kuku, rambut dan kulitnya.

Tak hanya sampai di situ, TENS juga dikatakan para pakar dapat menyebabkan lapisan kulit paling atas dari penderitanya terkelupas, serta kegagalan beberapa organ sekaligus.

"Kulitnya perlahan mengelupas, bahkan kami tak sanggup memberinya perban. Sekujur tubuhnya lecet-lecet dan terbakar, luar dan dalam," kata Asha seperti dikutip dari berbagai sumber, Selasa (28/10/2014).

Yang tak kalah membuat Asha panik adalah Lydia sempat berhenti bernapas beberapa saat. Apalagi dokter sebelumnya mengatakan hidup Lydia mungkin takkan lama lagi. "Tapi saya tak pernah kehilangan harapan. Saya terus berdoa agar ia bisa bertahan," lanjut Asha.

Keajaiban terjadi, Lydia bisa sadar dan ia bercerita kepada ibunya bahwa ia sempat mengalami mati suri dan mengaku bertemu Tuhan dalam 'tidurnya'. Lydia kemudian dipindahkan ke Birmingham Children's Hospital untuk menjalani perawatan intensif.

Dalam tiga bulan, kondisi bocah berumur lima tahun itu pun berangsur-angsur pulih meski harus bergantung pada mesin penunjang kehidupan. Kini kondisinya dinyatakan sudah stabil, walaupun menyisakan luka bakar 100 persen di sekujur tubuhnya.

"Kami diberitahu ia takkan bisa makan, berjalan atau bahkan melihat lagi. Tapi ia begitu luar biasa karena bisa melewati itu semua. Dan kulit, rambut hingga kukunya perlahan mulai tumbuh lagi," tutur Asha.

TENS hampir sama dengan Stevens-Johnson Syndrome karena sama-sama disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan. Keduanya juga sama-sama mematikan dan meninggalkan bekas luka fisik yang sangat menyakitkan.

(lil/up)

Berita Terkait