Kaliber, Senjata Utama Puskesmas Kalideres untuk Tekan Angka Penularan HIV

Kaliber, Senjata Utama Puskesmas Kalideres untuk Tekan Angka Penularan HIV

- detikHealth
Rabu, 29 Okt 2014 12:45 WIB
Kaliber, Senjata Utama Puskesmas Kalideres untuk Tekan Angka Penularan HIV
Jakarta -

Berbagai macam metode digunakan untuk mengurangi angka penularan HIV di daerah yang memiliki risiko tinggi. Anjurang menggunakan kondom, sterilisasi hingga pemberian ARV dan sosialisasi di masyarakat soal HIV-AIDS merupakan bentuk-bentuk metode yang sudah lazim dilakukan Dinas Kesehatan di berbagai provinsi.

Nah, soal metode, puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat punya cara unik. Dengan mengumpulkan para Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA), mereka membentuk program yang diberi nama Kaliber. Apa itu?

"Kaliber itu artinya Kalideres Bersatu. Dengan kata lain, kami mengumpulkan para ODHA untuk membuat sesi konseling agar para ODHA baru mau dan patuh menjalani proses pengobatan dan meminum obat ARV (anti retroviral) setiap hari," tutur dr Arum Ambarsari, penanggung jawab bagian penyakit menular di Puskesmas Kalideres, pada diskusi Test and Treat HIV-AIDS di @america, Pacific Place, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Rabu (29/10/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dr Arum, salah satu alasan terkuat mengapa banyak ODHA yang tak lagi melanjutkan pengobatan di puskesmas adalah keengganan untuk mengonsumsi ARV setiap hari. Perasaan takut, tak berdaya dan putus asa karena harus meminum obat tiap hari rentan membuat ODHA baru untuk melanjutkan pengobatan.

Dengan adanya sesi konseling dari pada ODHA yang sudah lebih dahulu mengonsumsi ARV, diharapkan para ODHA baru akan lebih terbuka dan akhirnya mau melanjutkan pengobatan. Konseling ini juga dapat membuat ODHA baru menjauhkan dirinya dari perasaan putus asa dengan melihat ODHA yang tergabung dalam Kaliber yang tentu saja masih dapat beraktivitas seperti biasa.

"Ya kalau disuruh minum obat setiap hari sama kita-kita kan dia belum tentu mau. Tapi kalau yang menyuruhnya orang yang pernah pakai narkoba juga misalnya, tentunya para ODHA baru akan lebih terbuka. Harapannya dia akan tetap melanjutkan proses pengobatan hingga selesai," sambungnya lagi.

Tak hanya mengatasi para oDHA yang berobat, para kader di puskesmas Kalideres pun rutin mengajak para ibu hamil dan memiliki risiko tinggi untuk rajin tes HIV. Meski awalnya sempat sepi dan tak mendapat peminat, ajakan dan sosialisasi yang efektif akhirnya membuat puskesmas Kalideres sukses melakukan strategi pencegahan HIV yang komprehensif.

"Jadi kita ajak untuk tes. Kalau tahu-tahu diajak tes kan mereka juga nggak mau. Merasa nggak berisiko. Tapi kita bilang sama ibu-ibu hamil dan risiko tinggi lainnya soal bahaya penularan tak terduga. Bekas jarum suntik pengguna narkoba misalnya tahu-tahu terinjak kan bisa tularkan HIV. Setelah disosialisasikan seperti itu akhirinya baru deh mereka mau tes," sambungnya lagi.

Puskesmas Kalideres memang termasuk salah satu puskesmas satelit ARV di Jakarta Barat. Dengan RS Pelni sebagai rumah sakit pengampu, mereka mendapat kewenangan untuk menyalurkan obat ARV gratis dari pemerintah kepada warganya yang mengidap HIV.

(mrs/vit)

Berita Terkait