Kisah Abraham Ochieng, Bocah 2 Tahun yang Nyaris Tanpa Alat Kelamin

True Story

Kisah Abraham Ochieng, Bocah 2 Tahun yang Nyaris Tanpa Alat Kelamin

- detikHealth
Kamis, 13 Nov 2014 09:30 WIB
Kisah Abraham Ochieng, Bocah 2 Tahun yang Nyaris Tanpa Alat Kelamin
Abraham Ochieng (Foto: Godfrey Ombogo)
Jakarta -

Orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya lahir dan tumbuh dengan kondisi fisik yang berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Itu pula yang dirasakan orang tua Abraham Ochieng. Abraham yang diyakini sebagai anak laki-laki tidak memiliki alat kelamin pria yang jelas. Tak cuma itu, dia juga kesulitan mengontrol urinenya.

Abraham dilahirkan dengan persalinan normal di Siaya County, Kenya. Saat lahir sebenarnya Abraham tidak memiliki bentuk jenis kelamin yang jelas. Orang tuanya baru sadar organ genital anaknya mengalami deformitas saat Abraham berusia seminggu.

Maureen Atieno (22), ibunda Abraham menyebut dokter tidak menjelaskan adanya masalah yang dialami anaknya. "Ibu mertua saya yang melihat hal itu setelah satu minggu," jelas Maureen seperti dikutip dari The Star Kenya, dan ditulis pada Kamis (13/11/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka kemudian membawa bayi Abraham ke tempat di mana dia dilahirkan. Namun bayi itu kemudian dirujuk ke Jaramogi Oginga Odinga Referral Hospital di Kisumu untuk mendapat perawatan khusus. Tapi Abraham kemudian dirujuk lagi ke Kenyatta National Hospital (KNH).

Maureen mengatakan dokter di KNH mengoperasi Abraham dan mencoba untuk mendorong penis yang 'tersembunyi' menuju ke daerah kemaluan yang semestinya. Namun hasilnya kurang memuaskan. Menurut dokter, Abraham membutuhkan beberapa operasi lanjutan untuk merekonstrusi organ genitalnya.

Operasi rekonstruksi tahap kedua dijadwalkan dilakukan bulan Januari. Sayangnya orang tua Abraham tidak punya uang untuk membiayainya. Disebutkan mereka membutuhkan setidaknya Rp 20 juta. Untuk mereka yang pekerjaannya sebagai buruh kasar tentu uang sebanyak itu sulit didapat.

Sebelum operasi pertama dijalani, urine Abraham merembes di sekitar tali pusatnya. Namun setelah operasi, urine bisa melewati ujung penis yang sangat kecil. Masalah tidak berhenti sampai situ saja karena Abraham tidak bisa mengontrol kemihnya. Alhasil celananya pun sering basah oleh urine.

"Anak itu mengeluarkan urine sepanjang waktu dari ujung penisnya. Saya diberi tahu bahwa anak itu tidak memiliki sensasi ingin berkemih sehingga tidak bisa mengontrol urinenya," terang Maureen.

Karena kondisinya itu, Abraham tidak bisa bergaul seperti anak-anak lainnya. Sebab anak-anak lain pasti akan menertawakan Abraham yang selalu datang dengan celana basah.

Maureen khawatir kondisi Abraham tidak membaik saat sudah memasuki usia sekolah.

dr Fred Kambuni, ahli bedah anak di KNH mengatakan kondisi Abraham ini secara medis dikenal sebagai ekstrofi kandung kemih. Kondisi ini merupakan kelainan kongenital, di mana kandung kemih bayi letaknya di luar tubuh. Jadi masalah yang dialami Abraham ada dua: pertama, penis yang sangat kecil; kedua, kurangnya sensasi berkemih. Penoplasty bisa dilakukan untuk memperbesar ukuran penis, sehingga organ genital Abraham bisa terlihat jelas.

Namun dr Kambuni menekankan operasi pemanjangan penis ini sifatnya tidak mendesak, artinya bisa dilakukan saat Abraham sudah lebih besar. Alasannya anak ini belum memerlukan penis yang lebih panjang hingga kelak dirinya berumah tangga, saat kehidupan seksualnya sudah aktif.

Yang lebih penting dan bersifat mendesak adalah soal mengontrol urine. Menurut dr Kambuni, kantung kemih bisa dibangun dengan menggunakan usus kecil guna mengevakuasi urine dari tubuh. Kantung kemih ini berisi beberapa mililiter urine yang dapat dikosongkan dalam 2-3 kali sehari. Proses ini disebut self urinary catheterisation atau urinary diversion.

dr Kambuni mengatakan kondisi ini bisa dialami oleh satu dari empat rumah tangga di dunia, yang mana penyebab pastinya belum teridentifikasi. Kondisi ini tak hanya dialami anak laki-laki, tapi bisa juga dialami perempuan. Jika keluarga Abraham memiliki bantuan cukup uang, operasi perbaikan bisa segera dilakukan sehingga orang tuanya tidak perlu khawatir lagi Abraham akan kesusahan saat kelak masuk ke bangku sekolah.

(vit/up)

Berita Terkait