Fisioterapis dan pasien dilaporkan telah melihat bagaimana software tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode terapi biasanya. Anita Jupp (69) yang mengalami dua serangan stroke pada bulan September dan kelumpuhan pada badan sebelah kirinya mengaku terapi ini adalah sesuatu yang tidak biasa untuknya.
"Saya tidak pernah bermain permainan komputer sepanjang hidup saya," ujar Jupp seperti dikutip dari ABC Australia pada Jumat (5/12/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jupp sendiri mengaku ia merasakan ada kemajuan pada bagian tubuhnya yang lumpuh.
"Ada satu permainan dimana Anda harus menangkap apel. Saat pertama kali mulai saya tidak bisa menangkap apel satu pun, sekarang saya bisa," ujar Jupp.
Adalah Marie-Louise Bird peneliti dari University of Tasmania dan beberapa pengembang software dari Kanada yang menciptakan permainan. Saat ini software tersebut sedang dalam masa uji coba di tiga tempat di seluruh dunia dan salah satunya ada di Launceston General Hospital, Tasmania, Australia.
"Beberapa fitur yang unik dari permainan ini adalah kemampuannya untuk menyesuaikan tingkat kesulitan setiap hari setiap pasien datang. Jadi seiring perkembangan orang tersebut, permainan akan semakin sulit," ujar Bird.
Fisioterapi mengatakan umpan balik langsung yang diberikan oleh permainan mendorong pasien untuk terus mencoba. Kekurangan dengan terapi fisik yang ada saat ini adalah memerlukan pasien melatih bagian tubuhnya yang lumpuh dengan gerakkan berulang-ulang sehingga tidak jarang mereka merasa frustasi, bosan, dan akhirnya menyerah.
"Jumlah gerakkan berulang yang dibutuhkan seseorang setelah mengalami kerusakan otak seperti stroke sangat tinggi. Kami pikir kira-kira sekitar 10 ribu pengulangan dibutuhkan untuk belajar kemampuan motorik," tambah Bird.
Meski uji coba permainan yang akan dilakukan selama setahun ini hanya ada di rumah sakit, peneliti berusaha agar pasien dapat segera menggunakan teknologi tersebut di rumah.
(ajg/ajg)











































