Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi), dr Nicolaas Budhiparma, SpOT(K), mengatakan memang saat ini masih jarang masyarakat Indonesia yang memiliki kebiasaan mengonsumsi susu sehingga penyakit osteoporosis masih dapat ditemukan. Alasannya mungkin dikarenakan daya beli masyarakat Indonesia, terutama yang di pedesaanm masih lemah sehingga susu sulit terjangkau.
dr Nicolaas mengatakan jika memang susu sulit didapat, ada makanan lain seperti sayur dan ikan tinggi kalsium yang bisa dikonsumsi. Teri sebagai contoh merupakan makanan dengan sumber kalsium yang tinggi dan murah sehingga mudah terjangkau oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait pencegahan osteoporosis, dr Nicolaas namun mengingatkan bahwa tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan kalsium. Masyarakat juga harus rajin berolahraga agar kalsium tersebut dapat dimetabolisme dengan baik. Saat ini banyak masyarakat menganut gaya hidup yang pasif jarang bergerak karena dimanjakan oleh berbagai macam teknologi sehingga risiko osteoporosis makin besar seperti dikatakan dr Nicolaas.
Jika asupan kalsium terpenuhi dan olahraga dilakukan secara teratur, prevalensi osteoporosis di usia tua dikatakan oleh dr Nicolaas dapat berkurang hingga tinggal 10 persen. Hal tersebut tidak bisa dicapai tanpa kedua faktor, asupan dan olahraga, terpenuhi dengan baik.
"Kalau hanya minum susu saja tidak bisa karena tidak ada metabolisme sehingga tulangnya tidak terangsang. Misalnya seperti ini saya makan obat kuat tapi tidak pernah angkat besi, otot saya jadi besar? Ya mana mungkin," tutup dr Nicolaas.
(vit/vit)











































