Dikisahkan Amanda, empat tahun lalu ketika ia melahirkan putranya yang ke-empat, dia merasa depresi, cemas, dan sedih dengan kehidupannya kala itu. Tapi, Amanda tak pernah mengutarakan perasaannya pada suami atau keluarganya. Selama mengalami depresi, bobot Amanda turun sampai 20 kg.
Dia juga sering mendengar bisikan untuk segere mengakhiri hidup anaknya. Sepanjang hari, Amanda hanya bisa berbaring dan merasa hidupnya tidak akan bisa membaik. Hingga suatu hari muncul keinginan untuk membunuh sang bayi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, saat itu Amanda sempat terperanjat dan ia menyesali perbuatannya. Sayang, suami dan keluarganya sudah mengetahui apa yang dilakukan Amanda. Atas perbuatannya itu, Amanda sempat dibui selama enam bulan sembari menjalani terapi. Sempat dinyatakan bebas bersyarat, di pertengahan tahun 2011 Amanda dinyatakan tidak bersalah.
Rutin menjalani konseling dan electroconvulsive therapy (ECT), Amanda dinyatakan sembuh dari gangguan kejiwaan yang ia alami. Meski begitu, sang suami masih belum berani meninggalkan dirinya dengan sang buah hati berdua saja. Menanggapi hal ini, akademisi dari University of Canberra Dr Lorana Bartels mengatakan satu dari tujuh ibu melahirkan di Australia mengidap postnatal depression.
"Tapi saat ini sudah banyak ibu yang bisa bertahan dari depresi ini. Dukungan dari keluarga, terutama suami, pola hidup sehat dan masih adanya me time termasuk bergaul dengan teman agar bisa saling berbagi dapat membuat ibu terhindar dari depresi ini," terang Dr Bartels.
Amanda sendiri pun mengaku meski harus berjuang keras melawan depresi yang ia alami, dia bersyukur karena saat ini ia masih bisa menghabiskan waktu bersama putranya. "Tak menyangka 4 tahun lalu saya sempat ingin membunuhnya. Maka dari itu postnatal depression memang sangat berbahaya bagi para ibu," ucapnya.
(rdn/up)











































