Hati-hati, Depresi Akibat Perceraian Bisa Berujung Pada Penyakit

Hati-hati, Depresi Akibat Perceraian Bisa Berujung Pada Penyakit

- detikHealth
Senin, 05 Jan 2015 10:32 WIB
Hati-hati, Depresi Akibat Perceraian Bisa Berujung Pada Penyakit
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Saat seseorang tengah menghadapi sebuah persoalan, efek yang sering terjadi pada orang tersebut di antaranya depresi dan sulit tidur. Termasuk akibat perceraian, kondisi-kondisi ini juga bisa berbahaya lho.

Sebuah studi mengungkapkan bahwa gangguan tidur yang sering muncul akibat depresi pasca perceraian dapat mengganggu siklus metabolisme tubuh. Efek ini juga bisa 'mengacak' tekanan darah dan berujung pada masalah kesehatan lainnya, termasuk kematian.

Ya, studi yang dilakukan oleh ilmuwan University of Arizona ini menemukan bahwa orang dewasa yang bercerai memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian dini dibandingkan dengan orang dewasa yang masih berumah tangga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam beberapa bulan awal setelah perpisahan sebagian oran bisa menjaga pola tidurnya tetap normal. Namun bagi mereka yang tak bisa mengatasi kesedihannya, gangguan pola tidur bisa terjadi dalam jangka waktu lama. Ini tanda bahwa mereka tertekan dan akan menjadi rentan terhadap berbagai masalah kesehatan," ujar Dr David Sbarra, peneliti University of Arizona, seperti dikutip dari berbagai sumber, Senin (5/1/2015).

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis 138 orang yang secara fisik terpisah dari pasangannya atau sudah bercerai sekitar 16 pekan sebelum dimulainya penelitian. Para responden diminta untuk melaporkan kualitas tidur mereka selama periode 7,5 bulan. Tekanan darah mereka juga diukur pada setiap kunjungan.

Para peneliti menemukan bahwa semakin besar masalah tidur yang dialami oleh mereka yang baru bercerai, maka semakin besar kemungkinan mereka memiliki efek buruk pada tekanan darah.

Penulis utama studi ini, Kendra Krietsh, menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan pola tidur pasca bercerai sebaiknya mencari terapi perilaku kognitif, melakukan penyesuaian jadwal harian yang mempromosikan tidur yang sehat, atau menemukan cara-cara baru untuk bersantai sebelum tidur.

Studi ini melengkapi hasil studi sebelumnya di mana disebutkan bahwa beberapa orang mungkin memiliki karakteristik atau perilaku yang meningkatkan risiko mengalami perceraian dan kondisi kesehatan yang buruk. Misalnya, depresi dan penyalahgunaan zat dapat meningkatkan kemungkinan perceraian, dan keduanya adalah prediktor kematian dini.

(ajg/up)

Berita Terkait