Donor Kornea Mata di Indonesia Masih Minim, Apa Sebabnya?

Donor Kornea Mata di Indonesia Masih Minim, Apa Sebabnya?

- detikHealth
Jumat, 09 Jan 2015 14:17 WIB
Donor Kornea Mata di Indonesia Masih Minim, Apa Sebabnya?
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Kasus kebutaan akibat kerusakan kornea mata kerap ditemui. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan transplantasi kornea. Akan tetapi donor kornea mata di Indonesia masih sangat minim. Apa sebabnya?

"Sejauh ini karena kesulitan memperoleh donor kornea, banyak pasien dari Indonesia berobat ke luar negeri. Hal ini karena minimnya donor kornea di Indonesia dan teknologi yang belum memadai untuk melangsungkan Lamellar Keratoplasty", tutur Prof dr Suhardjo, SU SpM(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) saat ditemui di konferensi pers yang diadakan JEC Kedoya, Jl Panjang Kedoya, Jakarta Barat, dan ditulis pada Jumat (9/1/2015).

Menurut Dr dr Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM, PhD, Ketua Kolegium Ophtalmologi Indonesia, faktor penyebab minimnya donor kornea bisa terjadi karena faktor kekhawatiran keluarga. "Jadi si calon pendonor kornea ada kekhawatiran jika sudah meninggal kornea matanya digunakan secara tidak baik oleh orang lain atau pihak tertentu," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkadang ada pihak keluarga yang belum bisa ikhlas mendonorkan kornea anggota keluarganya, sekalipun sudah meninggal. Padahal menurut dr Tjahjono ada manfaat jangka panjang dengan mendonorkan kornea untuk orang yang masih hidup dan membutuhkan.

Faktor ketidakpedulian juga menjadi alasan donor kornea masih minim. Lainnya adalah karena tabu, di mana masih bnyak orang menganggap bahwa donor mata tidak boleh karena mata diminta pertanggungjawabannya di akhirat.

Karena minimnya donor kornea di Tanah Air, Indonesia masih bergantung pada donor dari luar negeri. Saat ini sebenarnya sekitar 25 ribu orang telah terdaftar menjadi donor kornea, namun belum bisa digunakan dalam waktu dekat. Apalagi dibandingkan dengan populasi, donor yang tercatat masih sangat sedikit.

Selain itu di Indonesia belum semua rumah sakit memiliki teknologi yang memadai untuk mengaplikasikan teknik Lamellar Keratoplasty. Alasan utamanya ialah karena mahalnya teknologi tersebut.

"Padahal kalau di Indonesia tersedia teknologi dan dokter yang memadai maka devisa negara Indonesia pun dapat meningkat. Jadi nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk melakukan Lamellar Keratoplasty," tutur dr Tjahjono.

Profesor Anthony J Aldave, MD, ahli operasi kornea mata terkemuka asal Amerika Serikat dalam kesempatan yang sama berharap agar teknologi baru ini dapat berkembang di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Prof Suhardjo juga berharap pemerintah membantu dan memprioritaskan orang-orang yang tidak mampu untuk mendapat pelayanan transplantasi kornea. Ini karena diperlukan biaya yang tak sedikit untuk memperoleh donor kornea dan melangsungkan transplantasi kornea dengan Lamellar Keratoplasty.

"Para dokter mencoba mengupayakan, berdiskusi dengan menteri kesehatan terkait hal tersebut. Saya juga berharap supaya layanan-layanan dan asuransi kesehatan dari pemerintah juga memprioritaskan orang-orang yang tidak mampu tersebut," kata Prof Suhardjo.

Di Indonesia kegiatan penggalangan kornea donor penduduk yang beragama Islam dilandasi dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Juni 1979, 'Seseorang yang semasa hidupnya berwasiat akan menghibahkan kornea matanya sesudah wafatnya, dengan diketahui dan disetujui dan disaksikan oleh ahli warisnya, wasiat itu dapat dilaksanakan dan harus dilaksanakan oleh ahli bedah'.

Ada pula Keputusan Mu'tamar Tarjib Muhammadiyah (1980), 'Transplantasi kornea mata dibenarkan menurut hukum Islam dengan pertimbangan, bahwa bagi donor yang telah meninggal, korneanya sudah tidak diperlukan lagi. Padahal jika korneanya dimanfaatkan oleh seorang tuna netra akan sangat besar manfaatnya. Meskipun si tuna netra tidak akan meninggal karena tidak dapat melihat, namun penglihatan merupakan kebutuhan hidup dan akan makin menyempurnakan fungsi hidup si tuna netra setelah dapat melihat'.

(vit/vit)

Berita Terkait