Nyaris Koma Karena Kecelakaan, Tengkorak Bocah Ini Ditanam di Perut

Nyaris Koma Karena Kecelakaan, Tengkorak Bocah Ini Ditanam di Perut

- detikHealth
Rabu, 14 Jan 2015 10:30 WIB
Nyaris Koma Karena Kecelakaan, Tengkorak Bocah Ini Ditanam di Perut
Southampton - Sepulang sekolah, Jahfari Martin berniat menonton pertandingan sepakbola bersama teman-temannya. Dalam perjalanan, sepedanya ditabrak sebuah mobil dari belakang dan badannya pun terpental ke jalan.

Sejumlah saksi mata mengungkapkan kepala dan sebagian tubuh Jahfari sempat membentur kaca depan mobil tersebut sebelum akhirnya ia terlempar setinggi 15 kaki ke udara. Setelah terjatuh ke jalan, mereka menemukan Jahfari sudah tak sadarkan diri.

Ibu Jahfari, Sheryl menambahkan, saking kerasnya benturan kepala Jahfari, kaca depan mobil itu pun retak. "Diseruduk mobil, kecepatan sepedanya bertambah, namun ia tak tahu bila remnya blong. Ketika kedua tangannya sudah berupaya memencet rem, itu sia-sia saja," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak berapa lama ambulans dari Southampton Children's Hospital menjemput bocah berumur 9 tahun itu dan membawanya ke rumah sakit. Di sana ia ditangani oleh pakar bedah saraf anak, Dr Aabir Chakraborty.

Saat pertama kali memeriksa kondisi Jahfari, Dr Chakraborty langsung tahu bila cedera yang dialami bocah malang ini cukup parah, sebab cedera tersebut mengakibatkan pembengkakan, dan ini menekan otak Jahfari.

"Sedikit lagi ia masuk ke tahap koma. Karena tekanan pada otaknya bertambah, aliran darah yang masuk ke otaknya ikut terhenti. Bila ini dibiarkan lama-lama Anda akan mati," terang Dr Chakraborty seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (14/1/2015).

Jahfari kemudian diberi obat untuk meredakan pembengkakan di kepalanya, namun keesokan harinya Dr Chakraborty memasanginya alat bantu pernapasan dan menempatkannya dalam kondisi koma agar otaknya menjadi rileks sekaligus membantu meredakan tekanan pada otaknya.

Tim yang dipimpin Dr Chakraborty dan rekannya, Dr Ryan Waters lantas mencoba memasukkan sebuah selang kecil ke dalam otak Jahfari agar cairan di dalam otaknya dapat dikeluarkan. Namun meskipun sukses, Jahfari tetap tidak memperlihatkan gejala akan sadarkan diri.

"Dalam kondisi semacam ini, satu-satunya opsi yang ada adalah mengangkat sebagian besar tulang dari tengkoraknya. Setelah diangkat, kami menanamnya di dalam perutnya, karena perut adalah lingkungan yang steril dan tubuh takkan menolak tulang itu jika disimpan di sana," papar Dr Chakraborty.

Dr Chakraborty dan Dr Waters lantas mengangkat kulit kening Jahfari secara perlahan-lahan, lalu memotong sebagian besar tengkoraknya, kira-kira sekepalan tangan orang dewasa, untuk mengurangi tekanan pada otak si bocah.

Setelah itu, tim menyiapkan semacam kantung di dalam perut Jahfari dan menyimpan sebagian tengkoraknya di sana. Tengkorak itu akan diletakkan di dalam perut selama 18 hari atau hingga Jahfari benar-benar pulih. Prosedur yang tak lazim ini biasa disebut dengan 'bi-frontal decompressive craniectomy and insertion of bone flap into anterior abdominal wall'.

"Setelah dipastikan pulih, kami tinggal mengambil tengkorak yang disimpan di dalam perut tadi dan memasangnya kembali. Lebih praktis daripada memakai plat timah atau menyimpannya di dalam pendingin," kata Dr Chakraborty.

Operasi yang rumit ini pun sukses besar, dan Jahfari diizinkan meninggalkan rumah sakit tiga hari kemudian. Total bocah penggemar klub Chelsea FC itu menghabiskan waktu selama 17 hari di rumah sakit sejak kecelakaan naas yang menimpanya sepulang sekolah.

Tiga bulan kemudian, Jahfari sudah bisa kembali ke sekolah, meskipun ia belum diperbolehkan untuk bermain sepakbola lagi. Dokter menyarankan agar Jahfari 'puasa' bermain bola dulu selama setahun hingga pihak rumah sakit menyatakan ia sembuh total. Bahkan bekas luka di sepanjang garis rambutnya juga perlahan sudah menghilang,

"Saya terbangun setiap pagi dan berterima kasih kepada Tuhan serta para dokter bedah yang menangani Jahfari," tutup Sheryl.

(lil/up)

Berita Terkait