Menurut dokter, Liuchen mengidap epidermolysis bullosa (EB). Bagi anak pengidap EB, rasa sakit luar biasa dapat mereka rasakan jika kulitnya disentuh. Namun, Liuchen mengalami bentuk langka EB sehingga kulitnya rapuh, mudah patah, bahkan bisa menjadi serpihan.
Publik mengetahui EB pertama kalinya setelah dibuat film dokumenter di Inggris tahun 2004 tentang pengidap EB bernama Jonny Kennedy yang akhirnya meninggal dunia. Dikatakan orang tua Liuchen, Song Zhongmin (43) dan Wang Xiaying (39) dokter sudah memberi tahu kondisi anak mereka sejak Liuchen lahir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu, yang bisa dilakukan Zhongmin dan sang istri hanyalah tetap bersabar dan memberi perawatan terbaik bagi putranya. Setidaknya, agar Liuchen bisa lebih mudah beraktivitas meskipun setiap hari ia masih sering merasa kesakitan.
"Dengan kondisi seperti itu, Liuchen tetap optimistis ke sekolah. Bahkan dia bisa jadi juara 2 di kelas. Musim dingin merupakan musim terbaik untuknya, sebaliknya ketika musim panas ia sangat tersika," tutur Xiaying.
Tiap musim panas pun, Xiaying harus mengganti seprai Liuchen yang terkena darah dan cairan dari luka di kulitnya. Terkadang, jari Liuchen juga sering menyatu. Bocah ini pun tidak punya kuku karena sudah lepas. Walaupun sudah mengonsumsi obat-obatan dan menjalani perawatan, Liuchen masih belum bisa mengonsumsi nasi.
"Saya mencoba untuk tetap kuat. Tapi kadang saya juga harus mencari tempat tersembunyi dan tenang untuk bisa menangis. Sebab, saya tidak mau membuat putra saya makin sedih," tutup Xiaying.
(rdn/vit)











































