Atlet dan Olahragawan Juga Bisa Mati Mendadak Karena Kelainan Denyut Jantung

Atlet dan Olahragawan Juga Bisa Mati Mendadak Karena Kelainan Denyut Jantung

- detikHealth
Kamis, 22 Jan 2015 07:08 WIB
Atlet dan Olahragawan Juga Bisa Mati Mendadak Karena Kelainan Denyut Jantung
ilustrasi (Foto: thinkstock)
Jakarta - Kelainan jantung sering diberitakan sebagai penyebab beberapa atlet dan olahragawan yang meninggal mendadak di lapangan. Dokter mengatakan kelainan yang dimaksud adalah kelainan denyut jantung.

dr Beny Hartono, SpJP, FIHA, pakar kesehatan ritme jantung dari RS Premier Bintaro mengatakan bahwa meski memiliki tubuh tegap dan sering berlatih, atlet dan olahragawan tak lepas dari risiko meninggal mendadak akibat kelainan denyut jantung. Bahkan, bisa dikatakan risiko meninggal akibat kelainan denyut jantung pada atlet dan olahragawan lebih besar daripada masyarakat pada umumnya.

"Karena mereka sering berlatih kan, berlatih membentuk otot tubuh menjadi lebih besar. Tak hanya otot tangan, kaki dan paha, pada atlet dan olahragawan otot jantungnya juga ikut membesar," tutur dr Beny ketika ditemui detikHealth usai temu media di RS Premier Bintaro, Jl MH Thamrin, Bintaro Sektor 7, Tangerang Selatan, seperti ditulis pada Kamis (22/1/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

‎Dijelaskan dr Beny bahwa membesarnya otot jantung dapat memengaruhi aliran sistem listrik yang ada di jantung. Itu artinya, jantung bisa tiba-tiba berhenti berdenyut karena tidak menerima impuls dari jaringan listrik tersebut.

"Karena SA Node dan AV Node yang sebagai generator sistem listrik jantung itu letaknya di dinding jantung. Kalau ototnya membesar tentunya dinding jantung juga semakin besar. Ini dapat mengganggu generator tersebut untuk mengirim aliran listrik," terang dr Beny.

Ia melanjutkan bahwa kematian mendadak yang dialami oleh atlet dan olahragawan tidak mengenal usia. Memang umumnya kelainan denyut jantung dialami ketika ‎seseorang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Sementara beberapa atlet yang diketahui meninggal di lapangan bahkan belum berusia 35 tahun.

dr Beny mengatakan bahwa kuat dugaan atlet dan olahragawan tersebut sejatinya sudah mengidap kelainan denyut jantung bawaan. Artinya, kelainan tersebut bersifat genetik atau keturunan dan dialami sang atlet sejak lahir.

Hanya, kelainan denyut jantung memang sulit diketahui oleh orang awam tanpa pemeriksaan dari dokter. Itu sebabnya banyak kelainan denyut jantung genetik yang tidak terdeteksi ketika dewasa.

Untuk itu, dr Beny menyarankan agar pemeriksaan soal kelainan denyut jantung dilakukan sedini mungkin. Apalagi jika orang tersebut memiliki gaya hidup tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras dan lain-lain.

(mrs/up)

Berita Terkait