Jakarta -
Christopher Daniel Sjarif (23) menggunakan Lysergic acid diethylamide (LSD), narkotika golongan I, sebelum terlibat kecelakaan yang menewaskan empat orang di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Efek penggunaan LSD adalah halusinasi. Apa fakta-fakta lain tentang narkotika yang satu ini?
Berikut ini sejumlah fakta tentang LSD yang dirangkum detikcom dari berbagai sumber dan ditulis pada Kamis (22/1/2015):
1. Bahan dasar obat
Illustrasi: Thinkstock
|
LSD awalnya diciptakan oleh ahli kimia dari Swiss, Albert Hofmann, pada tahun 1938 sebagai bahan untuk membuat obat analeptik. Obat diberikan untuk merangsang saraf pusat dan meningkatkan kekuatan otot pernapasan.
Hofmann menemukan efek kuat halusinogen LSD secara tidak sengaja ketika di tengah eksperimen dirinya terekspos zat tersebut.
2. Terbuat dari fungi
Illustrasi: Thinkstock
|
LSD adalah jenis narkotika sintesis yang dibuat di laboratorium. Bahan dasar yang digunakan Hofmann untuk membuat zat ini adalah sejenis fungi yang dikenal dengan nama ergot.
Di alam liar fungi ergot hidup sebagai parasit dan gemar menyerang tanaman gandum. Ciri khusus dari gandum yang diserang oleh ergot dapat dilihat dari biji-bijiannya yang menghitam seperti hangus terbakar.
Orang yang mengonsumsi gandum terinfeksi ergot dapat mengalami keracunan dan bisa berakhir fatal. Fungi menghasilkan racun bernama ergotamine yang mempengaruhi sistem saraf manusia dan racun inilah yang dikembangkan oleh peneliti menjadi LSD.
3. Tak buat ketergantungan
Illustrasi: Thinkstock
|
Kebanyakan zat-zat berbahaya memiliki sifat adiksi yang membuat pemakainya ketagihan. Akan tetapi berbagai studi pada LSD menunjukkan bahwa jenis narkotika ini tidak menghasilkan keinginan kuat untuk terus mengonsumsi pada pemakainya.
Meski tidak ketagihan, tubuh pemakai LSD tapi semakin lama akan membangun kekebalan terhadap efek halusinasi zat. Akibatnya pemakai yang sudah lama akan terus meningkatkan dosis agar efek tetap bisa dirasakan dan hal ini yang berbahaya karena rawan overdosis.
4. Tak buat sakaw
Illustrasi: Thinkstock
|
Sakaw atau gejala putus obat biasanya muncul pada orang yang berusaha berhenti menggunakan narkotika. Namun karena LSD tak buat kecanduan maka efek pada fisik seorang pengguna jika tidak ada. Pengguna bisa dapat mudah berhenti menggunakan LSD jika ia memang menginginkannya.
Pengguna tapi tetap bisa merasa ada yang 'hilang' saat berhenti menggunakan LSD karena kesenangan emosional yang biasa dirasakan terputus ketika tidak lagi menggunakan LSD.
5. Banyak bentuknya
Illustrasi: Thinkstock
|
LSD memiliki banyak bentuk mulai dari tablet, kapsul, dan bentuk cairan oleh karena itu biasanya zat dikonsumsi secara oral.
Baru-baru ini bentuk LSD lainnya yang berbentuk kertas muncul. LSD ditaruh dalam kertas penyerap besar dan kemudian dipotong-potong menjadi bentuk kecil yang setiap potongnya mewakili satu dosis.
Potongan tersebut ditaruh di dalam mulut dan akan lumer membuat pengguna merasakan pengalaman yang disebut "trip" berdurasi sekitar 12 jam.
LSD awalnya diciptakan oleh ahli kimia dari Swiss, Albert Hofmann, pada tahun 1938 sebagai bahan untuk membuat obat analeptik. Obat diberikan untuk merangsang saraf pusat dan meningkatkan kekuatan otot pernapasan.
Hofmann menemukan efek kuat halusinogen LSD secara tidak sengaja ketika di tengah eksperimen dirinya terekspos zat tersebut.
LSD adalah jenis narkotika sintesis yang dibuat di laboratorium. Bahan dasar yang digunakan Hofmann untuk membuat zat ini adalah sejenis fungi yang dikenal dengan nama ergot.
Di alam liar fungi ergot hidup sebagai parasit dan gemar menyerang tanaman gandum. Ciri khusus dari gandum yang diserang oleh ergot dapat dilihat dari biji-bijiannya yang menghitam seperti hangus terbakar.
Orang yang mengonsumsi gandum terinfeksi ergot dapat mengalami keracunan dan bisa berakhir fatal. Fungi menghasilkan racun bernama ergotamine yang mempengaruhi sistem saraf manusia dan racun inilah yang dikembangkan oleh peneliti menjadi LSD.
Kebanyakan zat-zat berbahaya memiliki sifat adiksi yang membuat pemakainya ketagihan. Akan tetapi berbagai studi pada LSD menunjukkan bahwa jenis narkotika ini tidak menghasilkan keinginan kuat untuk terus mengonsumsi pada pemakainya.
Meski tidak ketagihan, tubuh pemakai LSD tapi semakin lama akan membangun kekebalan terhadap efek halusinasi zat. Akibatnya pemakai yang sudah lama akan terus meningkatkan dosis agar efek tetap bisa dirasakan dan hal ini yang berbahaya karena rawan overdosis.
Sakaw atau gejala putus obat biasanya muncul pada orang yang berusaha berhenti menggunakan narkotika. Namun karena LSD tak buat kecanduan maka efek pada fisik seorang pengguna jika tidak ada. Pengguna bisa dapat mudah berhenti menggunakan LSD jika ia memang menginginkannya.
Pengguna tapi tetap bisa merasa ada yang 'hilang' saat berhenti menggunakan LSD karena kesenangan emosional yang biasa dirasakan terputus ketika tidak lagi menggunakan LSD.
LSD memiliki banyak bentuk mulai dari tablet, kapsul, dan bentuk cairan oleh karena itu biasanya zat dikonsumsi secara oral.
Baru-baru ini bentuk LSD lainnya yang berbentuk kertas muncul. LSD ditaruh dalam kertas penyerap besar dan kemudian dipotong-potong menjadi bentuk kecil yang setiap potongnya mewakili satu dosis.
Potongan tersebut ditaruh di dalam mulut dan akan lumer membuat pengguna merasakan pengalaman yang disebut "trip" berdurasi sekitar 12 jam.
(ajg/ajg)