Ini Kata Psikolog Soal 'Bohong Demi Kebaikan'

Ini Kata Psikolog Soal 'Bohong Demi Kebaikan'

- detikHealth
Jumat, 06 Feb 2015 13:32 WIB
Ini Kata Psikolog Soal Bohong Demi Kebaikan
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Apa rasanya jika Anda mengetahui sudah dibohongi, apalagi oleh orang terdekat atau orang yang disayangi? Tentu sakit dan kecewa. Kepercayaan pun bisa terkikis akibat dibohongi. Tapi bagaimana jika berbohong demi kebaikan?

"Pada dasarnya berbohong itu tidak baik, sekalipun didasari oleh niat yang baik. Pada saat 'white lies' dilakukan, tampaknya memang seolah-olah membuahkan kebaikan atau tidak menyakiti orang yang dibohongi," ungkap psikolog klinis Widya Risnawaty saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Jumat (6/2/2015).

Baca juga: Bohong Demi Kebaikan Sama Buruknya untuk Kehidupan Seks Pasangan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun pada saat melakukan 'white lies', detik itu juga individu tersebut sudah berkata tidak jujur. Hal ini secara perlahan-lahan akan mengikis kepercayaan dan menciptakan kesenjangan. Dampak pada diri sendiri adalah menimbulkan rasa tidak nyaman atau kegelisahan dan pada akhirnya akan mempengaruhi suatu hubungan.

Widya mengungkapkan alasan yang mendasari seseorang untuk berbohong. "Biasanya orang berbohong untuk membela diri, menghindari kritik, mencari keuntungan pribadi, menghindari tangggung jawab, atau memanipulasi orang lain demi tujuan tertentu," ujarnya.

Pada dasarnya orang termotivasi untuk berbohong karena ingin melindungi diri dari suatu konsekuensi yang tidak ingin atau tidak mampu mereka tanggung. Pada saat individu merasa terpojok, maka ia akan berupaya melindungi diri dengan melakukan suatu mekanisme pertahanan diri.

Baca juga: Studi: Sering Dihukum Saat Berbohong, Anak Justru Makin Tidak Jujur

"Misalnya saat terlambat datang bekerja karena bangun kesiangan, ia tidak mengatakan yang sebenarnya karena takut terkena sanksi disiplin. Maka ia berbohong dengan mengatakan bahwa ia terlambat karena kendaraannya mogok," ujar Widya.

Menurut Widya, berangkat dari contoh tersebut jika nilai moral, hati nurani, serta keyakinan normatif yang dimiliki seseorang lemah, maka mekanisme pertahanan diri yang dipilih cenderung negatif. Hal ini tentunya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang tersebut bisa saja melakukan kebohongan tanpa rasa bersalah ataupun penyesalan.

Dampak Berbohong

Mungkin berkata jujur terkadang terasa berat, tapi lebih berat beban yang ditanggung jika berbohong. Ya, ada konsekuensi yang harus ditanggung pada saat seseorang berbohong. Karena itu ada baiknya pikirkan dulu konsekuensi yang akan dihadapi sebelum memutuskan untuk berbohong.

"Dalam mempertimbangkan konsekuensi dari kebohongan yang mungkin akan dilakukan, pikirkan terlebih dahulu dampaknya bagi orang tersebut, ataupun orang lain yang terkait. Apakah tindak kebohongan yang akan dilakukan itu merugikan atau akan menyakiti orang tersebut," ucap Widya.

Baca juga: Studi: Anak Mulai Kenal Bohong dan Tak Mudah Percaya di Usia 7 Tahun

Widya menambahkan orang yang disebut dewasa harus berjiwa besar untuk berani mengakui kesalahannya. "Orang yang dikatakan dewasa dan matang ialah mereka yang tidak memikirikan kepentingan diri sendiri, namun mereka memiliki kepedulian kepada kondisi orang lain," ucapnya.

Akibat yang umum dari berbohong ialah terkikisnya rasa percaya. Jika seseorang dibohongi, terlebih jika dialami berulang kali, tentunya orang tersebut akan mempertanyakan kebenarannya. Apabila kebenaran tersebut tak terjawab, maka rasa ragu akan semakin menguat. Akibatnya rasa kepercayaan pun akan semakin memudar dengan sendirinya dan dapat berujung pada konflik.

Konflik yang terjadi kemungkinan bisa berawal dari rasa curiga, perasaan tersakiti karena telah dibohongi, bahkan perasaan marah karena mengetahui suatu kebohongan. "Sebagai contoh, saat pacaran ia selingkuh. Konsekuensi jika selingkuh itu diketahui oleh pasangannya sangat beragam dan bertingkat, mulai dari merajuk, marah besar, marah disertai caci maki atau cemooh, ancaman sampai pada tindakan memutuskan hubungan," papar Widya.

(vit/vit)

Berita Terkait