Catat! Ini Dampak Negatif Ketika Anak Sering Terpapar Asap Rokok

Catat! Ini Dampak Negatif Ketika Anak Sering Terpapar Asap Rokok

- detikHealth
Rabu, 11 Feb 2015 16:35 WIB
Catat! Ini Dampak Negatif Ketika Anak Sering Terpapar Asap Rokok
Illustrasi: Thinkstock
Jakarta - Selain orang dewasa, anak-anak juga rentan menjadi perokok pasif di mana mereka terpapar asap rokok dari lingkungan sekitar. Apalagi, jika yang merokok adalah orang tua mereka sendiri.

Mengingat anak-anak sedang dalam pertumbuhan, bisa dipastikan bahwa paparan asap rokok pada mereka bisa menimbulkan dampak yang amat berbahaya untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak.

Apalagi, jika si anak sendirilah yang menjadi perokok aktif, bukan lagi perokok aktif. Bisa dibayangkan dampak kesehatan seperti apa yang dialami si kecil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: KPAI: Foto Bayi Merokok di FB Lelucon yang Nggak Lucu!

Dirangkum detikHealth dari berbagai sumber pada Rabu (11/2/2015), berikut ini dampak kesehatan yang berisiko dialami anak ketika mereka terpapar asap rokok:

1. Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Illustrasi: Thinkstock
Bayi yang terpapar asap rokok setelah lahir atau di hari-hari pertama kehidupan mereka berisiko lebih besar mengalami SIDS. Laporan dari U.S. Department of Health and Human Services terkait konsekuensi kesehatan akibat paparan asap rokok, menunjukkan bahwa bahan kimia dalam asap rokok bisa memengaruhi otak bayi dengan mengganggu pengaturan sistem pernapasannya.

U.S. Department of Health and Human Services juga menemukan bahwa bayi yang meninggal akibat SIDS yang berhubunagn dengan paparan asap rokok memiliki konsentrasi nikotin dan cotinine lebih tinggi pada paru-paru mereka, dibandingkan bayi yang meninggal karena SIDS yang berkaitan dengan penyebab selain paparan rokok.

2. Gangguan pernapasan

Illustrasi: Thinkstock
U.S. Environmental Protection Agency (EPA) melaporkan bahwa asap rokok meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan bawah seperti bronkitis dan pneumonia. EPA memperkirakan sekitar 150.000-300.000 kasus infeksi saluran pernapasan bawah pada bayi dan anak di bawah 18 bulan disebabkan paparan asap rokok.

Dari kasus tersebut, 7.500-15.000 anak harus dirawat di rumah sakit. Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health, bayi yang ibunya merokok 50% lebih berisiko dirawat di RS karena mengalami infeksi saluran pernapasan di tahun pertama kehidupan mereka.

Sementara, bayi yang ibunya merokok di ruangan yang sama 56% lebih mungkin mengidap gangguan pernapasan. Kemudian, risiko terjadinya gangguan saluran pernapasan 73% lebih tinggi jika ibu merokok sambil memegang bayi mereka dan risikonya meningkat menjadi 95% jika ibu merokok sambil menyusui bayinya.

3. Asma

Illustrasi: Thinkstock
Laporan EPA dalam 'Fact Sheet: Respiratory Health Effects of Passive Smoking' menunjukkan paparan asap rokok meningkatkan jumlah dan tingkat keparahan gejala asma pada anak-anak. EPA memperkirakan kondisi asma pada 200.000-1.000.000 anak memburuk dengan adanya paparan asap rokok.

Pada anak yang sudah memiliki asma, serangan asma akan lebih sering dan parah, demikian dilaporkan U.S. Department of Health and Human Services dalam 'The Health Consequences of Involuntary Exposure to Tobacco Smoke: A Report of the Surgeon General. Children are Hurt by Secondhand Smoke'.

Baca juga: Foto Bayi Merokok Beredar, Terapis Berhenti Merokok Ingin Turun Tangan

4. Kesulitan belajar

Illustrasi: Thinkstock
Studi berjudul 'Exposure to Environmental Tobacco Smoke and Cognitive Abilities of U.S. Children and Adolescents' menemukan bahwa paparan asap rokok mengganggu kemampuan anak untuk belajar. Sekalipun neurotoksik pada anak berada di tingkat yang sangat rendah.

Lebih dari 21.900.000 anak diperkirakan berisiko mengalami keterlambatan membaca akibat paparan asap rokok. Tingginya tingkat paparan asap rokok juga terkait dengan kesulitan anak untuk belajar matematika dan visuospasial.

Bahkan, studi di jurnal Pediatrics berjudul 'Effect of maternal smoking during pregnancy on offspring's cognitive ability: empirical evidence for complete confounding in the US National Longitudinal Survey of Youth,' menemukan anak dari ibu yang merokok satu bungkus per hari selama kehamilan memiliki poin IQ 2,87 lebih rendah dibandingkan anak yang lahir dari ibu non perokok.

5. Infeksi telinga

Illustrasi: Thinkstock
Anak-anak yang orang tuanya merokok berisiko tinggi mengalami infeksi pada telinga mereka. Berdasarkan laporan U.S. Department of Health and Human Services dalam 'The Health Consequences of Smoking—50 Years of Progress: A Report of the Surgeon General', anak yang sering terpapar asap rokok juga memiliki cairan di telinga yang lebih banyak.

Terkadang, banyakan cairan di telinga anak mengharuskan mereka menjalani operasi pemasangan semacam tabung di telinga sebagai drainase untuk mengeluarkan cairan berlebih. Kelebihan cairan telinga yang berisiko menimbulkan infeksi dapat terjadi ketika telinga anak terpapar racun-racun yang terdapat pada rokok.

6. Gangguan perilaku

Illustrasi: Thinkstock
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics mengungkapkan bahwa anak laki-laki yang sering terpapar asap rokok memiliki masalah lebih besar terkait hiperaktivitas, agresi, dan depresi. Meskipun, studi tersebut menemukan bahwa anak perempuan lebih sering menjadi perokok pasif.

Sementara itu, studi dalam British Journal of Psychiatry menemukan anak yang lahir dari ibu perokok dan terpapar asap rokok di awal-awal kehidupannya lebih mungkin mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan gangguan perilaku lainnya.

7. Kanker

Illustrasi: Thinkstock
Meski asap rokok sudah dimatikan dan tak lagi terlihat, residu nikotin dan bahan-bahan lain pada rokok masih tetap menempel di pakaian atau perabotan di rumah. Berdasarkan data Proceedings of The  National Academy of Science tahun 2010, residu rokok bisa bereaksi dengan nitrogen di udara bebas dan menghasilkan tobacco-specific nitrosamines (TSNAs).

Zat tersebut bisa menyebabkan kanker jika terhirup. Di jok mobil, pakaian, atau sofa, zat-zat dari asap rokok masih menempel dan tahan sampai berbulan-bulan. Maka, dapat dibayangkan ketika orang tua merokok lalu menggendong si anak, racun dari rokok bisa langsung terhisap oleh anak.

Sebuah studi dari Barkeley Lab menemukan sisa-sisa thirdhand smoke di ruang merokok selama 6 bulan berpotensi merusak DNA manusia. Bisa dipastikan, korban yang paling rentan adalah anak-anak, termasuk pula ketika pertumbuhannya terganggu. Pada ibu hamil pun pertumbuhan janin bisa terganggu akibat thirdhand smoke ini.
Halaman 2 dari 8
Bayi yang terpapar asap rokok setelah lahir atau di hari-hari pertama kehidupan mereka berisiko lebih besar mengalami SIDS. Laporan dari U.S. Department of Health and Human Services terkait konsekuensi kesehatan akibat paparan asap rokok, menunjukkan bahwa bahan kimia dalam asap rokok bisa memengaruhi otak bayi dengan mengganggu pengaturan sistem pernapasannya.

U.S. Department of Health and Human Services juga menemukan bahwa bayi yang meninggal akibat SIDS yang berhubunagn dengan paparan asap rokok memiliki konsentrasi nikotin dan cotinine lebih tinggi pada paru-paru mereka, dibandingkan bayi yang meninggal karena SIDS yang berkaitan dengan penyebab selain paparan rokok.

U.S. Environmental Protection Agency (EPA) melaporkan bahwa asap rokok meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan bawah seperti bronkitis dan pneumonia. EPA memperkirakan sekitar 150.000-300.000 kasus infeksi saluran pernapasan bawah pada bayi dan anak di bawah 18 bulan disebabkan paparan asap rokok.

Dari kasus tersebut, 7.500-15.000 anak harus dirawat di rumah sakit. Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health, bayi yang ibunya merokok 50% lebih berisiko dirawat di RS karena mengalami infeksi saluran pernapasan di tahun pertama kehidupan mereka.

Sementara, bayi yang ibunya merokok di ruangan yang sama 56% lebih mungkin mengidap gangguan pernapasan. Kemudian, risiko terjadinya gangguan saluran pernapasan 73% lebih tinggi jika ibu merokok sambil memegang bayi mereka dan risikonya meningkat menjadi 95% jika ibu merokok sambil menyusui bayinya.

Laporan EPA dalam 'Fact Sheet: Respiratory Health Effects of Passive Smoking' menunjukkan paparan asap rokok meningkatkan jumlah dan tingkat keparahan gejala asma pada anak-anak. EPA memperkirakan kondisi asma pada 200.000-1.000.000 anak memburuk dengan adanya paparan asap rokok.

Pada anak yang sudah memiliki asma, serangan asma akan lebih sering dan parah, demikian dilaporkan U.S. Department of Health and Human Services dalam 'The Health Consequences of Involuntary Exposure to Tobacco Smoke: A Report of the Surgeon General. Children are Hurt by Secondhand Smoke'.

Baca juga: Foto Bayi Merokok Beredar, Terapis Berhenti Merokok Ingin Turun Tangan

Studi berjudul 'Exposure to Environmental Tobacco Smoke and Cognitive Abilities of U.S. Children and Adolescents' menemukan bahwa paparan asap rokok mengganggu kemampuan anak untuk belajar. Sekalipun neurotoksik pada anak berada di tingkat yang sangat rendah.

Lebih dari 21.900.000 anak diperkirakan berisiko mengalami keterlambatan membaca akibat paparan asap rokok. Tingginya tingkat paparan asap rokok juga terkait dengan kesulitan anak untuk belajar matematika dan visuospasial.

Bahkan, studi di jurnal Pediatrics berjudul 'Effect of maternal smoking during pregnancy on offspring's cognitive ability: empirical evidence for complete confounding in the US National Longitudinal Survey of Youth,' menemukan anak dari ibu yang merokok satu bungkus per hari selama kehamilan memiliki poin IQ 2,87 lebih rendah dibandingkan anak yang lahir dari ibu non perokok.

Anak-anak yang orang tuanya merokok berisiko tinggi mengalami infeksi pada telinga mereka. Berdasarkan laporan U.S. Department of Health and Human Services dalam 'The Health Consequences of Smoking—50 Years of Progress: A Report of the Surgeon General', anak yang sering terpapar asap rokok juga memiliki cairan di telinga yang lebih banyak.

Terkadang, banyakan cairan di telinga anak mengharuskan mereka menjalani operasi pemasangan semacam tabung di telinga sebagai drainase untuk mengeluarkan cairan berlebih. Kelebihan cairan telinga yang berisiko menimbulkan infeksi dapat terjadi ketika telinga anak terpapar racun-racun yang terdapat pada rokok.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics mengungkapkan bahwa anak laki-laki yang sering terpapar asap rokok memiliki masalah lebih besar terkait hiperaktivitas, agresi, dan depresi. Meskipun, studi tersebut menemukan bahwa anak perempuan lebih sering menjadi perokok pasif.

Sementara itu, studi dalam British Journal of Psychiatry menemukan anak yang lahir dari ibu perokok dan terpapar asap rokok di awal-awal kehidupannya lebih mungkin mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan gangguan perilaku lainnya.

Meski asap rokok sudah dimatikan dan tak lagi terlihat, residu nikotin dan bahan-bahan lain pada rokok masih tetap menempel di pakaian atau perabotan di rumah. Berdasarkan data Proceedings of The  National Academy of Science tahun 2010, residu rokok bisa bereaksi dengan nitrogen di udara bebas dan menghasilkan tobacco-specific nitrosamines (TSNAs).

Zat tersebut bisa menyebabkan kanker jika terhirup. Di jok mobil, pakaian, atau sofa, zat-zat dari asap rokok masih menempel dan tahan sampai berbulan-bulan. Maka, dapat dibayangkan ketika orang tua merokok lalu menggendong si anak, racun dari rokok bisa langsung terhisap oleh anak.

Sebuah studi dari Barkeley Lab menemukan sisa-sisa thirdhand smoke di ruang merokok selama 6 bulan berpotensi merusak DNA manusia. Bisa dipastikan, korban yang paling rentan adalah anak-anak, termasuk pula ketika pertumbuhannya terganggu. Pada ibu hamil pun pertumbuhan janin bisa terganggu akibat thirdhand smoke ini.

(rdn/vit)

Berita Terkait