Jakarta -
Makin terbukanya informasi tentang kesehatan, di satu sisi bisa menjembatani kesenjangan ilmu antara dokter dengan pasien. Pasien menjadi lebih kritis, tetapi di sisi lain bisa memunculkan selisih paham di antara keduanya.
Salah satunya dalam memilih obat. Informasi tentang obat saat ini banyak bertebaran di internet dan mudah diakses oleh orang awam sekalipun. Bukan eranya lagi dokter bisa meresepkan obat sesuka hati, sebab pasien zaman sekarang selalu merasa punya pilihan.
Namun sebagai pasien, terlalu banyak menuntut juga bisa membuat dokternya merasa tidak nyaman, tersinggung atau bahkan jengkel. Bagaimanapun, sepotong informasi dari internet tidak akan serta-merta menandingi bekal ilmu para dokter yang diperoleh selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kondisi tertentu, ada hal-hal yang harus dikomunikasikan bersama agar selisih paham antara dokter dengan pasien bisa menjadi diskusi yang bermanfaat. Berikut ini di antaranya, seperti dirangkum pada Kamis (12/2/2015).
1. Pakai obat dokter atau beli sendiri?
Ada kalanya pasien ingin memilih dan membeli obat sendiri karena sudah merasa cocok, tapi dokter tetap meresepkan obat lain. Belum tentu salah, sebab obat bebas yang bisa dibeli sendiri di minimarket tidak selalu manjur untuk kondisi tertentu.
Terkadang, obat bebas atau Over The Counter (OTC) terasa lebih manjur karena memang ditujukan untuk mengatasi gejala, misalnya meredakan batuk. Namun penyebab sesungguhnya, misalnya infeksi, hanya bisa diatasi dengan obat tertentu yang hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
Jika itu pertimbangannya, minta saja pertimbangan dari dokter untuk tetap mengonsumsi obat bebas. Pastikan apakah keduanya boleh diminum bersamaan, atau salah satu harus dihentikan agar tidak bereaksi dan menimbulkan efek tertentu yang tidak diinginkan.
Pernah mendapatkan resep obat yang rasa-rasanya tidak masuk akal? Jadilah pelopor #PasienCerdas, kirim pengalaman Anda ke redaksi@detikhealth.com
2. Mendapat resep yang mahal
Umumnya dokter punya daftar obat apa saja yang ditanggung oleh masing-masing perusahaan asuransi. Namun ada kalanya obat yang dibutuhkan tidak termasuk dalam daftar, sehingga ada sebagian yang harus ditanggung pasien.
Jika kemudian urusan harga obat menjadi masalah, jangan sungkan untuk menyampaikannya pada dokter. Mereka bisa mencarikan solusi, misalnya dengan meresepkan versi generik, atau merek lain dengan kandungan serupa yang harganya lebih rendah.
Punya pertanyaan tentang obat generik? Jadilah pelopor #PasienCerdas, kirim pertanyaan Anda ke redaksi@detikhealth.com
3. Merasa tidak butuh antibiotik
Penggunaan antibiotik secara berlebihan memang menjadi masalah global yang bisa memicu resistensi kuman. Dokter punya panduan kapan harus meresepkan antibiotik, tapi ada kalanya pasien merasa tidak yakin apakah dirinya membutuhkan. Toh dokter juga tidak selalu melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah pasien benar-benar butuh antibiotik.
Jika merasa tidak yakin, sah-sah saja menyampaikan keraguan tersebut ke dokter saat periksa. Jika memang harus minum antibiotik, tanyakan untuk berapa lama, dan apakah bisa menunggu dulu selama beberapa hari untuk melihat perkembangan kondisi. Namun pada akhirnya, yakini saja bahwa di bidang ini dokter lebih paham dari orang awam.
Punya tips menyiasati resep obat yang harganya terlalu mahal? Jadilah pelopor #PasienCerdas, kirim pendapat Anda ke redaksi@detikhealth.com
4. Ingin coba herbal atau alternatif
Pada umumnya, dokter akan memilih terapi yang secara klinis telah teruji kemanjuran dan keamanannya. Pengobatan herbal dan sejenisnya sebagian besar masih dianggap sebagai komplementer atau pelengkap, tidak benar-benar sebagai alternatif atau pengganti.
Jika menghendaki pengobatan di luar medis, sampaikan saja ke dokter. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat-obat yang sedang dikonsumsi harus diwaspadai, karena bukan bisa saja muncul efek tertentu yang tidak diharapkan.
Jadilah pelopor #PasienCerdas, bagikan pengalaman Anda saat berobat ke dokter, kirim ke redaksi@detikhealth.com
Ada kalanya pasien ingin memilih dan membeli obat sendiri karena sudah merasa cocok, tapi dokter tetap meresepkan obat lain. Belum tentu salah, sebab obat bebas yang bisa dibeli sendiri di minimarket tidak selalu manjur untuk kondisi tertentu.
Terkadang, obat bebas atau Over The Counter (OTC) terasa lebih manjur karena memang ditujukan untuk mengatasi gejala, misalnya meredakan batuk. Namun penyebab sesungguhnya, misalnya infeksi, hanya bisa diatasi dengan obat tertentu yang hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
Jika itu pertimbangannya, minta saja pertimbangan dari dokter untuk tetap mengonsumsi obat bebas. Pastikan apakah keduanya boleh diminum bersamaan, atau salah satu harus dihentikan agar tidak bereaksi dan menimbulkan efek tertentu yang tidak diinginkan.
Pernah mendapatkan resep obat yang rasa-rasanya tidak masuk akal? Jadilah pelopor #PasienCerdas, kirim pengalaman Anda ke redaksi@detikhealth.comUmumnya dokter punya daftar obat apa saja yang ditanggung oleh masing-masing perusahaan asuransi. Namun ada kalanya obat yang dibutuhkan tidak termasuk dalam daftar, sehingga ada sebagian yang harus ditanggung pasien.
Jika kemudian urusan harga obat menjadi masalah, jangan sungkan untuk menyampaikannya pada dokter. Mereka bisa mencarikan solusi, misalnya dengan meresepkan versi generik, atau merek lain dengan kandungan serupa yang harganya lebih rendah.
Punya pertanyaan tentang obat generik? Jadilah pelopor #PasienCerdas, kirim pertanyaan Anda ke redaksi@detikhealth.com
Penggunaan antibiotik secara berlebihan memang menjadi masalah global yang bisa memicu resistensi kuman. Dokter punya panduan kapan harus meresepkan antibiotik, tapi ada kalanya pasien merasa tidak yakin apakah dirinya membutuhkan. Toh dokter juga tidak selalu melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah pasien benar-benar butuh antibiotik.
Jika merasa tidak yakin, sah-sah saja menyampaikan keraguan tersebut ke dokter saat periksa. Jika memang harus minum antibiotik, tanyakan untuk berapa lama, dan apakah bisa menunggu dulu selama beberapa hari untuk melihat perkembangan kondisi. Namun pada akhirnya, yakini saja bahwa di bidang ini dokter lebih paham dari orang awam.
Punya tips menyiasati resep obat yang harganya terlalu mahal? Jadilah pelopor #PasienCerdas, kirim pendapat Anda ke redaksi@detikhealth.com
Pada umumnya, dokter akan memilih terapi yang secara klinis telah teruji kemanjuran dan keamanannya. Pengobatan herbal dan sejenisnya sebagian besar masih dianggap sebagai komplementer atau pelengkap, tidak benar-benar sebagai alternatif atau pengganti.
Jika menghendaki pengobatan di luar medis, sampaikan saja ke dokter. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat-obat yang sedang dikonsumsi harus diwaspadai, karena bukan bisa saja muncul efek tertentu yang tidak diharapkan.
Jadilah pelopor #PasienCerdas, bagikan pengalaman Anda saat berobat ke dokter, kirim ke redaksi@detikhealth.com
(up/vit)