Salah satu yang paling berjasa dalam tren penurunan infeksi baru Ebola di Guinea, Afrika Barat, adalah tim palang merahnya. Tak hanya mengumpulkan darah, mereka juga turun ke lapangan untuk menguburkan pasien positif Ebola yang meninggal, memberikan edukasi, vaksinasi, hingga pengecekan rutin.
Sayangnya, upaya mereka tidak mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Jangankan mendapat ucapa terima kasih, mereka malah diserang oleh para warga. Sebabnya, mereka dituduh menyebarkan virus tersebut kepada warga lokal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama masyarakat masih memiliki kesalahpahaman tentang bagaimana virus Ebola menyebar, dan terus menghalangi relawan yang ingin melakukan pekerjaan mereka, kita tidak dapat mengalahkan Ebola," tutur Youssouf Traore, Presiden Red Cross Guinea, dikutip dari Reuters, Jumat (13/2/2015).
Traore mengatakan bahwa dala satu bulan terakhir, sudah terjadi lebih dari 10 kali penyerangan yang dilakukan warga kepada relawan palang merah. Penyerangan biasanya terjadi ketika para relawan ingin menguburkan pasien positif Ebola yang sudah meninggal.
Serangan paling baru terjadi di kota Forecariah, sekitar 60 km dari ibukota Conakry. Dua petugas palang merah dipukuli hingga luka parah. Traore mengatakan bahwa serangan ini didasari oleh kesalahpahaman antara warga lokal dengan para relawan.
Baca juga: Agar Pekerjaan Tak Terasa Berat dan Bikin Stres, Yuk Coba Lakukan 5 Hal Ini
"Mereka mengira kami menghancurkan budaya karena melarang penguburan sesuai adat istiadat lokal yang sangat rentan menularkan Ebola. Mereka juga mengira vaksinasi yang kami lakukan kepada anak-anak merupakan upaya konspirasi untuk menularkan Ebola kepada mereka," ungkapnya lagi.
Saat ini upaya sosialisasi dan penanganan Ebola masih dilakukan. Kabar terbaru mengatakan bahwa presiden Amerika Serikat, Barack Obama akan kembali menerjunkan tentara untuk memerangi Ebola di negara-negara terdampak paling parah yakni Sierra-Leone, Guinea dan Liberia.
(mrs/vit)











































