Dalam sebuah studi yang dilakukan National Jewis Health, para peneliti menemukan bahwa laki-laki lebih mungkin terkena osteoporosis dan fraktur tulang belakang daripada wanita. Riwayat merokok dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu faktor risiko terkait kepadatan tulang yang rendah dalam studi yang telah dipublikasikan secara online dalam jurnal Annals of American Thoracic Society.
Para peneliti, dari National Jewish Health dan lembaga lainnya, mengevaluasi 3.321 orang perokok dan mantan perokok yang berusia 45-80 tahun, yang mengonsumsi minimal 10 pak per tahunnya dari riwayat merokok menggunakan CT kuantitaif untuk menilai kepadatan tulang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepadatan tulang yang rendah meningkat pada orang-orang dengan PPOK, peningkatan menjadi 84 persen pada penderita PPOK berat dari kedua jenis kelamin. PPOK sendiri adalah penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan sampai 49 persen populasi yang berumur diatas 45 tahun adalah perokok atau mantan perokok.
Dikutip dari ScienceDaily, Rabu (11/3/2015), peningkatan pengonsumsian pak rokok pertahun meningkatkan kemungkinan semakin rendahnya kepadatan tulang sebesar 0.4 persen. Peserta dengan kepadatan tulang yang normal memiliki rata-rata pengkonsumsian rokok 36 pak per tahun, sementara orang-orang dengan kepadatan tulang yang rendah memiliki riwayat rata-rata 46 pak per tahun.
"Penggunaan CT scan untuk melihat beratnya penggunaan rokok yang berakibat kanker paru-paru dapat memberikan kesempatan untuk dilakukan skrining kepadatan tulang pada populasi berisiko tinggi," kata Elizabeth Regan, MD, asisten profesor kedokteran di Jewish Health Nasional.
(rdn/vta)











































