Meski Sudah Setop, Efek Rokok pada Wanita Tetap Pengaruhi Janinnya Kelak

Meski Sudah Setop, Efek Rokok pada Wanita Tetap Pengaruhi Janinnya Kelak

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 18 Mar 2015 17:04 WIB
Meski Sudah Setop, Efek Rokok pada Wanita Tetap Pengaruhi Janinnya Kelak
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Bukan rahasia lagi jika konsumsi rokok pada wanita juga berpengaruh pada janin yang sedang di kandungnya. Lantas, bagaimana efeknya pada janin jika si calon ibu perokok berhenti dari kebiasaan merokok beberapa tahun sebelum ia hamil?

Dikatakan dr Hakim Sorimuda Pohan, SpOG, seorang perokok kondisinya sama dengan orang yang belum pernah merokok jika dia sudah berhenti merokok selama 15 tahun. Pada wanita yang berhenti merokok belum sampai 15 tahun, akan tetap ada efek negatif rokok pada anak yang dikandungnya kelak.

Baca juga: Kisah Sophie, Kehilangan 2 Bayinya yang Baru Lahir Gara-gara Rokok

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Efeknya pada janin, di Indonesia sudah ada penelitiannya bahwa SGA (small for gestational age) bayi yang dilahirkan dari ibu perokok dibanding yang tidak memiliki proporsi lebih kecil," kata dr Hakim ditemui di Konferensi pers 'Negara Tidak Hadir Melindungi Anak' di Kantor Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jl. Samratulangie, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/3/2015).

Selain itu, ibu yang merupakan mantan perokok ketika hamil juga mempunyai plasenta yang tidak sempurna. Sehingga, dr Hakim menekankan bahwa orang hamil harus dibimbing untuk menyehatkan anak, bukan harus mengonsumsi makanan yang lebih banyak.

Baca juga: Merokok Selama Hamil, Anak Berisiko Tinggi Diabetes Saat Dewasa

Sebab, jika porsinya biasa saja tetapi ibu mengonsumsi makanan berkualitas maka akan terbentuk plasenta yang baik. Nah, termasuk pula untuk menghindari rokok serta alkohol. Dikatakan dr Hakim, plasenta merupakan sumber kesejahteraan janin di kandungan.

"Akibat plasenta tidak bagus bayi bisa lahir dengan berat badan rendah, struktur paru-parunya tidak berkembang dengan baik. Pada bayi yang beratnya 3,1 kg bisa menghirup oksigen 175 cc sedangkan yang berbobot 2,8 kg misal, hanya 150 cc oksigen yang dihirup," terang dokter yang juga aktif di Komnas Pengendalian Tembakau ini.

Pembentukan paru-paru juga berkaitan dengan kemampuan intelejensi anak. Sebab, oksigen yang masuk ke paru-paru dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Jika oksigen dalam darah yang dipompa ke seluruh tubuh, kerja organ termasuk otak pun bisa lebih baik dan optimal. (Radian Nyi Sukmasari/Nurvita Indarini)

Berita Terkait