Menjadi ibu dari lima orang anak, Bichell awalnya menghabiskan waktu mendedikasikan diri untuk membantu perempuan dan anak-anak. Ia seorang pembuat film dokumenter di Afrika, kemudian berubah menjadi perawat, dan terakhir menjadi bidan.
"Saat saya punya anak kelima dan ternyata dia didiagnosa dengan sindrom Angelman, saya berhenti peduli pada masalah yang dimiliki perempuan dan anak-anak lainnya," ujar Bichell seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (19/3/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Angelman Syndrome, Sebabkan Masalah Neurologis
Sindrom Angelman adalah penyakit kelainan saraf akibat genetik yang gejalanya ditandai dengan kecacatan intelektual dan perkembangan. Hal ini terjadi ketika gen maternal, UBE3A, hilang atau rusak. Gen UBE3A berfungsi mengatur protein yang penting untuk perkembangan otak.
Selama lebih dari 10 tahun Bichell mencari pertolongan dari banyak peneliti dan membantu mendanai eksperiman beserta uji cobanya. Seiring berjalannya waktu Bichell sadar bahwa untuk membuat perbedaan berarti di dunia penelitian, ia perlu menjadi peneliti juga.
Pada saat itu penelitian terhadap terapi eksperimen untuk UBE3A telah sampai pada uji coba di tikus. Namun peneliti menghadapi tantangan untuk membuktikan efektivitas terapi. Di situlah Bichell mengambil perannya.
Bersama Carl Johnson, profesor ilmu biologis di Vanderbilt University, Bichell menemukan jawabannya. Ia berhasil temukan keterkaitan antara sindrom dengan ritme sirkardian tubuh yang bisa dijadikan indikator keberhasilan terapi.
Bichell mengatakan dirinya merasa kembali lagi ke awal saat ia menghabiskan hari-hari menolong sesama.
"Jadi semua ini awalnya didorong keinginan untuk menyembuhkan anak saya yang pada akhirnya membuat saya bisa menyembuhkan anak wanita lain, dan Anda tahu? Rasanya sangat menyenangkan. Saya bertemu dengan satu bayi ini bulan lalu. Saya melihatnya dan berpikir kita akan menyembuhkan bayi ini, kita akan sembuhkan bayi ini," pungkas Bichell.
Baca juga: Kena Sindrom Angelman, Bocah Dua Tahun Ini Tak Bisa Berhenti Tersenyum (Firdaus Anwar/Nurvita Indarini)











































