Suara-suara yang didengar para pengidap exploding head syndrome bisa sangat beragam. Mulai dari suara kembang api, pintu dibanting, letusan senjata api, petir, hingga suara teriakan. Yang pasti, suara-suara yang tidak nyata itu membuat seseorang geragapan lalu terbangun.
Sebelumnya, kondisi seperti ini diyakini hanya terjadi pada orang-orang di atas usia 50 tahun. Namun dalam penelitian terbaru di Washington State University, siapapun bisa mengalaminya. Bahkan dari 211 mahasiswa pascasarjana yang diteliti, 10-20 persen pernah mengalaminya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Brian Sharpless yang melakukan penelitian tersebut menjelaskan bahwa gangguan ini cenderung terjadi saat seseorang jatuh tertidur. Diyakini, berhubungan dengan mekanisme di otak yang diibaratkan seperti komputer saat hendak dimatikan. Saat proses mematikan tidak berjalan semestinya, terjadi ledakan energi yang memicu suara-suara imajiner.
"Itulah sebabnya Anda mendengar suara keras yang tidak bisa Anda jelaskan, dan suara-suara itu tidak nyata ada di lingkungan," kata Dr Sharpless, dikutip dari Dailymail, Selasa (7/4/2015).
Temuan lain dalam penelitian ini adalah 30 persen pengidap exploding head syndrome juga mengalami isolated sleep paralysis. Dalam bahasa awam, gangguan yang membuat sebagian anggota badan tidak bisa digerakkan untuk sesaat ini disebut dengan istilah tindihan.
Baca juga: Dokter Saraf: Ketindihan Bukan Ditarik Setan, Apalagi Santet (AN Uyung Pramudiarja/AN Uyung Pramudiarja)











































