Anak Jadi Lebih Pintar Bila Stimulasinya Dimulai Sedini Mungkin

Anak Jadi Lebih Pintar Bila Stimulasinya Dimulai Sedini Mungkin

- detikHealth
Selasa, 14 Apr 2015 09:37 WIB
Anak Jadi Lebih Pintar Bila Stimulasinya Dimulai Sedini Mungkin
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Yogyakarta -

Setelah anak lahir, apa yang bisa dilakukan orang tua? Bisa dipastikan bahwa rata-rata jawaban mereka adalah memberikan nutrisi terbaik untuk sang buah hati. Namun ada satu hal lagi yang tak kalah pentingnya dengan asupan makanan, yakni stimulasi otak.

Seorang ahli saraf bernama Denise Malkowicz, MD mengutarakan bahwa 'memberi makan kepada otak bayi kita sama pentingnya dengan memberi makan perutnya'. Dan hal ini diamini oleh psikolog sekaligus pakar stimulasi anak, Irene F Mongkar.

Ditemui dalam acara Prenagen Pregnancy Educational Journey yang diselenggarakan di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, dan ditulis Selasa (14/4/2015), Irene mengatakan, "Setiap hari kecepatan perkembangan otak manusia itu menurun. Itu artinya memberikan stimulasi pada otak anak tidak boleh ditunda. Jangankan ditunda, libur pun tak boleh."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stimulasi yang diberikan mencakup rangsangan pada kompetensi penglihatan, pendengaran dan perabaan anak. Dan pemberian stimulasi ini dapat dibagi ke dalam tiga tahapan usia, yakni saat bayi berusia 0-2 bulan; 5-10 bulan; dan 3,5-14 bulan.

"Pada tahap pertama (0-2 bulan), kita lihat refleksinya. Caranya, perhatikan apakah tangan atau kakinya 'nyebrang' midline (garis imajinatif yang membagi tubuh bagian kanan dan kiri) atau tidak," papar psikolog yang lebih akrab disapa Bubun tersebut.

Bila pergerakan tangan atau kaki bayi bisa melampaui garis ini, berarti si bayi dinyatakan normal dan sehat. Itulah sebabnya metode sederhana ini juga dapat dijadikan alat deteksi untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada bayi.

Baca juga: Minum Suplemen Belum Tentu Bikin Anak Pintar Lho, Faktor Ini Lebih Penting

Kemudian seiring dengan bertambahnya usia si bayi, stimulasi yang diberikan juga mulai beragam. Dalam hal ini Bubun menggunakan media flash card, atau kartu bergambar. Kebetulan Bubun merupakan seorang praktisi metode Glenn Doman, yaitu metode khusus untuk mengajari balita membaca dengan media kartu semacam ini.

Metode ini dapat mulai diajarkan pada bayi dengan usia minimal 3 bulan. Konon anak yang distimulasi dengan metode ini sudah bisa membaca di usia 2-3 tahun. "Satu hari satu kartu. Perlihatkan kartunya di hadapan bayi selama 10 detik, dan ulangi setiap hari selama tiga minggu," katanya.

Di tahap kedua (5-10 bulan), bayi bisa diajari kemampuan untuk merangsang indera yang ia miliki. Untuk indera pendengaran, bayi bisa dipapari suara-suara yang bikin mereka ketakutan atau menangis seperti suara terompet atau dua batang kayu yang dipukulkan.

Untuk sensasi panas/dingin, cari kain yang halus dan celupkan ke dalam air panas/dingin lalu tempelkan ke pipi, leher, tangan, lutut dan kaki bayi sambil dijelaskan bahwasanya itu adalah panas ataupun dingin. Hal serupa juga bisa dilakukan untuk memperlihatkan sensasi kasar dan halus.

"Tapi coba dulu pada diri Anda. Ini untuk mengantisipasi kainnya terlalu panas atau terlalu dingin. Yang perlu diingat, ketika diperlihatkan, Anda juga harus sambil menjelaskan," lanjutnya.

Bagaimana dengan sensasi rasa? Bubun memperbolehkan orang tua untuk sesekali memberikan minuman atau makanan lain di luar yang dikonsumsi bayi. Namun ia mengatakan akan lebih baik bila bayi hanya diberi satu tetes saja.

"Misal setetes kopi atau setetes air dari melon. Sambil dijelaskan itu tadi apa. Ini juga berlaku untuk bau makanan," terangnya.

Sedangkan pada tahap ketiga (3,5-14 bulan), mata bayi dikatakan Bubun sudah bisa melihat detail atau menangkap sesuatu yang bermakna. Untuk itu mereka sudah bisa diberi stimulasi berupa gambar yang tidak polos lagi, atau semisal ada titik dan bulatan di tengahnya. Rangsangan suara yang diberikan juga bisa lebih beragam. "Pakai media seadanya saja juga tidak masalah, seperti peralatan rumah tangga," katanya.

Di rentang usia ini, Bubun menambahkan bayi juga bisa dilihat apakah mampu merespons pijatan maupun gelitikan, serta meraih dan menggenggam sesuatu. Orang tua hanya perlu mengecek dengan menyodorkan jari atau tangan mereka ke bayi. Jika mereka bisa meraih dan menggenggamnya dengan kuat, itu artinya responsnya positif dan si bayi dinyatakan sehat.

Baca juga: Bocah Ini Diragukan Bisa Berjalan karena Bagian Otaknya 'Salah Tempat'




(lil/up)

Berita Terkait