Ini Triknya Agar Ayah yang Sibuk Kerja Tetap Bisa dekat dengan Anak

Pentingnya Kedekatan Ayah-Anak

Ini Triknya Agar Ayah yang Sibuk Kerja Tetap Bisa dekat dengan Anak

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Selasa, 21 Apr 2015 10:02 WIB
Ini Triknya Agar Ayah yang Sibuk Kerja Tetap Bisa dekat dengan Anak
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Saat ayah berangkat bekerja di pagi hari, bisa jadi anak belum bangun. Ketika ayah pulang ke rumah terlalu larut, sang anak sudah tidur. Karena jarang bertemu dan berkomunikasi akibat kesibukan ayah, bisa jadi hubungan ayah dan anak menjadi jauh. Tapi jangan menyalahkan keadaan, karena ada triknya tetap dekat dengan anak meski ayah sibuk bekerja.

"Bisa pakai media gambar. Ayah pulang anak sudah tidur, buatlah gambar yang sederhana terus tempel di kulkas. Besok paginya anak bangun, ayah sudah berangkat kerja misalnya, dibalas tuh gambarnya sama anak. Kan sudah bentuk komunikasi itu," kata Anne Gracia, konsultan neurosains terapan, memberikan saran. Hal itu disampaikan dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (21/4/2015).

Jika waktu bertemu ayah dan anak sudah sangat sulit, tidak ada salahnya juga memanfaatkan alat komunikasi yang ada. Jadi jangan biarkan anak menggunakan perkembangan teknologi dan informasi untuk menjalin kedekatan dengan orang lain dan malah menjadi asing dengan ayahnya. Padahal seharusnya komunikasi anak lebih banyak dilakukan dengan orang tua sehingga fungsi pengawasan dan bimbingan tidak terabaikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ayah bisa mengirim SMS atau email ke anak untuk secara tidak langsung memantau perkembangan anaknya. Kan lewat SMS atau email anak juga bisa cerita ke ayahnya apa yang dia lakukan," lanjut Anne.

Saat akhir pekan tiba, hendaknya dibuat akhir pekan yang berkualitas. Bagaimana caranya? Tidak melulu harus dengan liburan keluarga ke tempat-tempat yang menarik, tapi bisa dilakukan dengan kegiatan belanja. Jadi sebelum belanja, ayah mengajak anak untuk merinci barang-barang apa saja yang akan dibeli.

Anak diminta untuk mengecek kebutuhan di rumah apa saja yang sudah habis, lalu menuliskannya di daftar belanja. Kemudian orang tua dan anak menentukan budget belanja dan menentukan prioritas barang mana yang akan dibeli.

Dengan demikian ada komunikasi dan diskusi yang dilakukan. Selain itu anak bisa belajar membuat perencanaan. "Sepele memang, tapi kalau dilakukan ini bisa menjadikan weekend ayah dan anak, juga ibu, jadi berkualitas," ucap Anne.

Saat sedang bersama anak, ayah boleh-boleh saja menggunakan gadget. Anak tidak akan merasa dikesampingkan oleh gadget jika ayah konsisten dalam memakai gadget. Artinya saat sedang bersama anak, jelaskan bahwa ayah masih perlu menerima telepon atau mengecek email jika ada kondisi darurat.

"Contohnya ayahnya dokter, beri tahu anak bahwa kondisi darurat itu menyangkut nyawa orang lain sehingga anak mengerti profesi ayahnya dan juga terlatih rasa simpati dan empatinya," ucap Anne.

Dengan selalu merasa diperhatikan oleh ayah dan ibunya, maka anak akan merasa bangga dan percaya diri. Anak juga merasa bahagia dan senang karena dia bisa mendapatkan sesuatu yang memang layak dia dapatkan, seperti kasih sayang dan perhatian orang tua. Jika sudah mendapat limpahan cinta kasih, maka anak bisa diajari memberikan cinta kasih pada lingkungannya.

"Secara alamiah, anak memang awalnya harus diberi dulu baru kemudian dia diajari untuk memberi," kata Anne. (Nurvita Indarini/Nurvita Indarini)

Berita Terkait