"Anggapannya kalau anak obesitas berarti dia saat ini tidak aktif atau tidak olahraga secara teratur. Jadi tidak bisa disamakan dengan anak yang terbiasa aktif atau olahraga," terang dr Sophia Hage, Residen Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
"Jadi olahraganya harus pelan-pelan. Mulainya nggak bisa dipaksa langsung setiap hari harus olahraga satu jam, tidak bisa," lanjut dr Sophia ditemui usai Workshop 'Pola Aktivitas dan Gizi Seimbang untuk Tumbuh Kembang Anak yang Optimal' di Double Tree Hotel, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (23/4/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlahan, intensitas juga bisa bertambah. Misalkan, dari yang mulanya anak tidak pernah jalan kaki, biasakan anak jalan kaki tiga kali seminggu kemudian ajak ia jogging. Setelah itu mulai perkenalkan olahraga permainan seperti basket, voli, atau badminton.
Baca juga: Jalan Cepat vs Jogging, Mana Lebih Efektif?
"Jadi prinsipnya start low go slow. Mulai dengan intensitas rendah dan frekuensi rendah, tingkatkan pelan-pelan sampai akhirnya mencapai target satu jam perhari. Durasinya juga pelan-pelan, belum biasa satu jam, mulai dari setengah jam dulu," kata dokter berkacamata ini.
Jika anak yang obesitas dipaksa melakukan olahraga langsung dengan frekuensi satu jam dan intensitas berat, dikatakan dr Sophia efeknya tidak fatal, tetapi memang akan membuat anak tidak nyaman dan berisiko menimbulkan cedera.
"Nah, hal itulah yang sebaiknya dihindari sehingga orang tua berusaha agar anak tetap nyaman dan menikmati olahraga itu sendiri. Sehingga, olahraga yang dilakukan bukan bersifat paksaan," pungkas dr Sophia.
Baca juga: Karena Alasan Keamanan, Bocah Tanpa Tulang Betis Ini Dilarang Main Basket
(Radian Nyi Sukmasari/Nurvita Indarini)











































