Ketika mentweet beberapa hal dan dihujani komentar negatif dari pengguna sosial media yang lain, menurut pria yang akrab disapa dr Ryu itu tidak menjadi masalah. Sebab, menurut dr Ryu, ketika menjelaskan sesuatu dan paham cara kerja otak, seseorang akan lebih santai.
Pada dasarnya, lanjut dr Ryu, otak bekerja untuk melihat atau menanggapi sesuatu dengan dua hal, senang atau tidak dan argumentasi urusan belakangan. Ia mencontohkan, misalnya saat melihat lukisan yang bagus, pertama orang akan senang atau tidak dengan lukisan itu. Argumentasi seperti bagaimana komposisi lukisan muncul belakangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika si pemberi komentar berbicara macam-macam, dr Ryu berprinsip dirinya secara scientific atau keilmuan menjelaskan sesuatu apa adanya saja. Nah, ketika sering mendapat komentar negatif, protes, bahkan dimarahi oleh pihak lain, adakah dampak psikologi yang dialami dr Ryu?
"Ada, merasa geli aja, bukan down. Kalau dibully orang, saya ngetweet gini 'sudah nggak tahu, salah, ngotot pula' terus ya sudah saya berhenti aja. Jadi kalau ada orang ngotot ya begitu. Saya ngomong secara scientific aja, saya tidak pernah tendensius terhadap salah satu keyakinan atau apa, saya ngomong apa adanya aja," lanjut dokter yang praktik di RS Bethsaida ini.
"Tentang kesehatan juga begitu. Seringkali saya ngomong kesehatan itu nanti antimainstream," imbuhnya. Dibanding menuliskan fakta-fakta terkait ilmu pengetahuan di blog, dr Ryu mengaku lebih senang menuliskannya melalui twitter. Tetapi, bukan dalam bentuk kultwit.
Selama ini, meski kerap dikomentari negatif sampai dibully, dr Ryu tetap semangat membagikan fakta-fakta di balik mitos seputar ilmu pengetahuan. Misalkan, fakta tentang manfaat wortel untuk kesehatan mata, konsumsi susu, bahkan teori evolusi manusia.
"Semangatnya ya semangat mengungkapkan pengetahuan ilmiah itu apa adanya. Dihujat, dibully nggak apa-apa, kadang nggak saya baca. Saya juga nggak ngeblock mereka. Kadang orang kan ada ya dia nggak suka terus akun orang lain diblock, saya ya nggak, dibiarin aja. Kebahagiaan kita nggak tergantung orang lain kok," pungkas dr Ryu.
Baca juga: Nge-tweet yang Seperti Ini Bisa Dikategorikan Cyberbullying Lho (rdn/up)











































