Es batu dikatakan oleh ahli adalah produk konsumsi jajanan yang sangat mudah tercemar oleh bakteri dan zat berbahaya lain. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga membenarkan hal tersebut dan mengatakan bahwa es batu sudah jadi isu keamanan pangan sejak lama.
Dalam rangka bulan keamanan pangan, BPOM telah melakukan kajian yang melihat potensi risiko es batu di Indonesia. Hasilnya ada 13 titik kritis pada rantai pangan dan minuman yang membuat produk es mudah tercemar.
Baca juga: Cegah Konsumsi Es Tercemar, BPOM Rencanakan Es Batu Ber-SNI
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daerah-daerah ini punya spesifik distribusi makanan. Contoh di Aceh itu dia punya banyak makanan yang sangat tradisional di sana, lampung juga. Kemudian kalau di pulau Jawa kan esnya itu dari satu provinsi masuk ke provinsi lain," kata Halim di kantor BPOM, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2015).
Titik kritis tersebut tersebar mulai dari es dibuat sampai disajikan. Titik secara garis besar meliputi air bahan baku, filtrasi, perebusan air, pengisian air ke dalam cetakan, penyortiran es, penyimpanan, distribusi, pengecilan ukuran es, pencucian es, pencampuran, dan penyajian.
"Misal si penjual ini dalam menjual es tidak mencuci tangan saat menyiapkan es, itu rawan. Kita telusuri sampai ke pabriknya. Di pabrik esnya oke tapi di tingkat distribusinya bermasalah. Mengangkat es batu kaya apa sih? Gitu kan," papar Halim.
Untuk mengawasi hal tersebut BPOM memiliki inspektur pangan sebanyak 800 orang namun jumlah tersebut dinilai kurang cukup. Oleh karena itu BPOM memohon bantuan semua pihak untuk turut peduli terhadap isu keamanan pangan.
"Ini tanggung jawab kita semua, jadi mungkin semua harus bergerak lah," tutup Halim yang menambahkan bahwa BPOM juga akan terus meningkatkan partisipasi masyarakat lewat edukasi.
Baca juga: Terkait Keracunan Es, IDI Sarankan Pembeli Jeli Lihat Jajanan dengan Es (Firdaus Anwar/AN Uyung Pramudiarja)











































