Sang ibu yang tak disebutkan namanya mengaku anaknya hanya ditinggal di rumah dan tak pernah pergi ke luar. Karena itu kecurigaan jatuh pada anggota keluarganya. Sang ibu mengatakan yang mempunyai akses untuk mengunjungi sang anak hanyalah suaminya serta tiga kakak laki-lakinya.
Kasus ini pun sudah dilaporkan ke polisi. Hanya saja, polisi tidak melakukan penyidikan. Bahkan permintaan sang ibu untuk melakukan tes DNA untuk membuktikan identitas pelaku pun tidak dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini membuktikan bahwa diskriminasi hukum terhadap perempuan, terutama perempuan yang menyandang disabilitas, masih sangat kental terjadi di Uganda. Para penyandang disabilitas sangat kesulitan untuk melaporkan kejahatan yang menimpa mereka, terutama kejahatan yang berhubungan dengan kekerasan seksual," tutur Kimberly Brown, salah satu anggota lembaga swadaya masyarakat Equality Now, dikutip dari Reuters, Kamis (7/5/2015).
Equality Now merupakan LSM yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial. Salah satu kampanye yang sedang mereka gerakkan adalah #JusticeForGirls. Kampanye ini dilakukan untuk mendukung kesetaraan hukum antara pelaku kekerasan seksual terhadap perempuan.
Uganda memang sedang menjadi sorotan karena tingginya kasus kekerasan seksual yang terjadi di sana. 39 Persen wanita pernah mengalami kekerasan, minimal satu kali seumur hidupnya, entah itu berupa pemerkosaan atau pelecehan. Penyandang disabilitas merupakan kelompok paling berisiko menjadi korban.
"Kekerasan seksual sudah menjadi endemis di Uganda. Sebagian besar pelaku tidak dihukum dan korbanlah yang disalahkan ketika kekerasan seksual terjadi," ujar Brown lagi.
Baca juga: Selama 1 Tahun, Ibu di Polandia Kurung Anaknya yang Cacat Mental di Gudang
Ditambah lagi, pendidikan soal kekerasan seksual masih minim di Uganda. banyak keluarga yang tidak melapor karena takut dicela dan mendapat hukuman sosial dari masyarakat. Padahal seharusnya korban dilindungi dan diperjuangkan haknya, bukan malah diasingkan.
Berkat kampanye #JusticeForGirls, pihak kepolisian pun bergerak. Sang gadis penyandang disabilitas pun sudah melakukan tes DNA untuk mencari siapa pelaku yang memerkosanya. Namun Brown berharap, tak hanya kasus ini saja yang akhirnya menjadi perhatian.
"Penyandang disabilitas kerap dipandang sebelah mata karena mereka mempunyai status sosial yang lebih rendah daripada orang lain. Padahal kita sama-sama manusia, dan mereka berhak mendapatkan keadilan yang menjadi hak mereka," pungkasnya.
(mrs/vit)











































