Alergi Langka, Tubuh Bocah Ini Bisa Memerah Jika Kena Sinar Matahari

True Story

Alergi Langka, Tubuh Bocah Ini Bisa Memerah Jika Kena Sinar Matahari

- detikHealth
Selasa, 12 Mei 2015 13:33 WIB
Alergi Langka, Tubuh Bocah Ini Bisa Memerah Jika Kena Sinar Matahari
Bethany (foto: hotspot media)
Surrey - Ibu mana yang tega melihat anaknya kesakitan dan sering menerima tuduhan orang di sekitar bahwa ia menganiaya putrinya sendiri. Bethany Wagstaff adalah gadis cilik yang menderita alergi matahari langka yang disebut photoaggravated aczema. Hal ini menyebabkan tubuhnya akan kemerahan, terbakar hingga melepuh jika terpapar sinar matahari.

Oleh karena itu, sang ibu, Amy Wagstaff harus mengoleskan krim di tubuh putrinya setiap tiga jam sekali. Bahkan tiap malam, ia harus membungkus tubuh Bethany dengan perban agar tidak digaruk dan meninggalkan bekas luka hingga infeksi. Wanita berusia 26 tahun ini kerap dihujani kata-kata kasar dari tetangganya bahkan oleh orang yang ia temui di jalanan.

"Mereka mengatakan aku adalah ibu yang buruk, di mata mereka aku sering dikira menyiksa Bethany karena ada banyak luka pada tubuh anakku," ucap Amy, dikutip dari Daily Mail, Selasa (12/5/2015)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu dua anak yang bekerja sebagai asisten dosen ini menambahkan ketika alergi Bethany sedang kambuh, tidak sedikit orang yang berkata bahwa ia adalah ibu yang jahat karena seperti telah menyiksa anaknya. Padahal semua ini adalah ulah alergi yang dimiliki Bethany. Saat alerginya kembali muncul, banyak orang yang menatap dan menunjuk Bethany dengan aneh hingga Amy ataupun Bethany merasa tidak nyaman.

Dermatolog berharap Bethany bisa tumbuh menjadi pribadi yang riang meskipun gejala alergi seperti ruam dan luka di sekujur tubuhnya sering membuatnya menangis. Rumah keluarga Wagstaff berbeda dengan keluarga lainnya sebab mereka harus mematikan pemanas rumah dan menutup tirai untuk mencegah masuknya sinar matahari. Jika terkena sinar matahari, kulitnya akan berubah menjadi pucat lalu memerah dalam hitungan detik.

Baca juga : Dimandikan dengan Air Panas Bersuhu 130 Derajat Celcius, Bocah Ini Meninggal

Alergi ini diketahui saat usia Bethany berusia enam bulan ketika Amy menemukan bercak merah yang muncul di tubuhnya. Dugaan awal dokter mengira bahwa ini adalah dampak dari alergi ASI, kemudian Bethany dianjurkan mengonsumsi susu kedelai namun bercak merah itu tak kunjung menghilang. Sampai ketika ia mengajak Bethany jalan-jalan menggunakan kereta bayi, Amy menemukan kulit Bethany terbakar dan melepuh dalam hitungan menit.

"Saya memutuskan untuk berhenti membawanya keluar. Saya selalu melindungi tubuh anak saya dengan perban agar tidak ia garuk lalu meninggalkan luka. Pada tahun 2011, Bethany dirujuk ke spesialis photosensitivity di St Thomas's Hospital di London lalu menjalankan serangkaian tes. Bethany didiagnosis mengidap photoaggravated ezcema, alergi yang disebabkan oleh paparan sinar matahari dan suhu panas," papar Amy.

Sementara pengobatan untuk Bethany adalah memberikan krim steroid, salep, antihistamin dan krim sunscreen dengan kadar tinggi. Tapi ketika sampai di rumah, ia terus menggaruk hingga Amy harus bangun setiap tiga jam sekali untuk memastikan krim dan perban pada tubuh buah hatinya tetap terpasang dengan baik. "Lelah rasanya melihat Bethany menderita. Saya telah mencoba ratusan krim dan salep namun tak satupun dari benda itu bekerja. Bahkan kondisi anakku semakin buruk," kata Amy.

Pada Mei 2013, Bethany kembali dirujuk ke Great Ormond Street Hospital. Ia menerima pengobatan khusus dengan kasa basah yang dililitkan ke tubuh untuk meredam kemerahan akibat alergi. Ia juga mendapatkan obat Azathioprine. Dalam kasus eksim, sistem kekebalan tubuh di kulit menjadi terlalu aktif sehingga menyebabkan peradangan. Azathioprine membantu peradangan dan menghentikan sistem kekebalan tubuh yang bisa menyerang kulit sehingga dapat mengurangi peradangan.

Cuaca paling sempurna untuk Bethany adalah musim salju dan musim dingin. Saat itulah Bethany dapat beraktivitas dengan leluasa. Dr Robert Sarkany seorang konsultan dermatolog di St Thomas Hospital London mengatakan hal ini sangat langka. "Saya bisa memperkirakan bahwa kasus Bethany terjadi pada 1 dari 100.000 anak di Inggirs. Ia memiliki photoaggravation yang sangat parah dan hal ini sangat jarang terjadi pada anak-anak," ucapnya.

Baca juga : Sering Sakit Kepala, Ternyata Wanita Ini Punya Tumor Berisi Tulang dan Gigi



(rdn/up)

Berita Terkait