Untuk mengukur tekanan darah, banyak orang lebih memilih alat pengukur tensi atau sfigmomanometer digital karena lebih mudah untuk dilakukan di rumah. Lantas, lebih dianjurkan memakai alat tensi digital atau yang menggunakan air raksa?
Dikatakan Dr dr Yuda Turana SpS, kalau di luar negeri untuk mengukur tensi rutin umumnya menggunakan alat tensi digital karena adanya isu air raksa tidak boleh digunakan sebab terkait dengan lingkungan. Sehingga, saat ini standarnya sfigmomanometer di luar negeri hanya digunakan untuk percobaan saja.
"Untuk hari-hari pakai digital saja karena kita bisa melakukan pengukuran dengan alat tensi sendiri, terutama untuk yang memang sudah punya darah tinggi tuh," kata dr Yuda ditemui usai Konferensi Pers 'Know Your Number: Cegah Risiko Terkena Stroke, Serangan Jantung, dan Gagal Ginjal' di PERKI House Building, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Rabu (13/5/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu hitung rata-ratanya berapa, disingkirkan pengukuran hari pertama. Itu tekana darah yang sebenarnya atau yang kita sebut juga Home Blood Pressure Measurement (HBPM). Saat tensi tinggi jangan lakukan exercise seringan apapun karena bisa meningkatkan tekanan darah. Makanya istirahat dulu," tutur dokter yang praktik di RS Atmajaya Pluit ini.
Baca juga: Tak Cuma Tensi, Fungsi Organ Lain Juga Terganggu Asupan Garam Berlebih
Kemudian, lanjut dr Yuda, hindari makanan tinggi kafein dan garam. Nah, untuk membantu menurunkan tekanan darah, dikatakan dr Yuda ada penelitian yang menunjukkan seledri dan bawang putih bisa membantu. Namun, karena bawang putih bersifat iritatif sehingga di luar negeri sering dibuat dalam bentuk kapsul. Sedangkan seledri dalam jumlah sedikit, lebih baik kunyah langsung saja.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr Nani Hersunarti, SpJP, FIHA mengatakan hipertensi atau tekanan darah tinggi apabila tekanan darah sama dengan atau lebih 140/90 mmHg. "Ini silent killer, nggak ada gejala tapi tiba-tiba bisa menimbulkan komplikasi seperti rusaknya penglihatan, gagal ginjal, serangan jantung, dan stroke," kata dr Nani.
Faktor risiko hipertensi terdiri dari gaya hidup dan keturunan. Nah, tekanan darah dikatakan normal jika di bawah 120/80 mmHg. Pre-hipertensi, dengan tekanan 120-139/80-89 mmHg. Lalu hipertensi jika tekanan darah lebih tinggi sama dengan 140/90 mmHg.
"Mengapa perlu kontrol tensi? Risiko kematian akibat kardio naik dua kali tiap kenaikan 20/10 mmHg. Sebaliknya, penurunan sistolik 10 kematian akibat sakit jantung 30% sedangkan kematian akibat stroke turun hampir 40%. Lakukan modifikasi gaya hidup, turunkan berat badan, dan kurangi asupan garam," pesan dr Nani.
Baca juga: Hipertensi Tak Terkontrol, Fungsi Otak pun Bisa Terganggu
(rdn/up)











































