5 Fakta Seputar Lupus yang Masih Jarang Diketahui

5 Fakta Seputar Lupus yang Masih Jarang Diketahui

- detikHealth
Senin, 25 Mei 2015 17:01 WIB
5 Fakta Seputar Lupus yang Masih Jarang Diketahui
Jakarta - Bulan Mei ditetapkan sebagai bulan kesadaran penyakit Lupus. Hal ini bisa meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya penyakit ini. Lupus disebut-sebut penyakit yang hampir tak terlihat gejalanya. Penyakit misterius ini sangat langka dan kompleks.

Nah, terkait hal tersebut, berikut beberapa hal seputar Lupus yang mungkin Anda belum ketahui, seperti dikutip dari Fox News pada Senin (25/5/2015).

1. Gejala lupus sangat bervariasi

Seperti gangguan pada sistem imun, gejala lupus kerap datang dan pergi secara berulang. Menurut Lupus Foundation of America, gejalanya sering disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dari bentuk yang paling umum yaitu ringan hingga berat sangatlah bervariasi antara pasien satu dengan yang lainnya.

Sering dianggap sebagai rematik, lupus terkadang diklasifikasikan sebagai jenis dari arthritis namun tak selalu menimbulkan sakit pada persendian. "Sayangnya tanda dan gejala lupus sistemik tidak bisa di deteksi begitu saja. Gejala pada lupus yang sebenarnya adalah mual, muntah, demam, nyeri otot dan penurunan berat badan," ucap Dr Arta Bakshandeh, petugas medis senior di Alignment Healthcare.

Karena gejala lupus sangat bervariasi, beberapa pasien sering mengabaikan gejala tersebut. Hal ini menyebabkan lupus bisa semakin parah dan adanya kemungkinan kerusakan organ dalam. "Ketika lupus sudah memengaruhi otak saya, hal ini sudah terlambat dan saya harus mendapatkan perawatan ekstra," pungkas Elena Anciro yang didiagnosis SLE pada tahun 2001 dan ditulis pada blog-nya Face Forward.

Dr Bakshandeh menambahkan bahwa bagi penderita yang sudah mengalami SLE harus menghindari paparan sinar matahari dan banyak pasien yang mengaku sedih karena tak bisa beraktivitas layaknya manusia normal. Karena paparan sinar matahari bisa memperburuk lupus mereka.

2. Sulit didiagnosis

Akibat dari kecenderungan yang bisa meniru gejala penyakit lain, lupus dianggap sulit untuk didiagnosa. Sekitar 97 persen orang dengan lupus positif dalam tes antibodi antinuklir yang bisa menghancurkan sel-sel dalam tubuh. Namun beberapa orang tanpa lupus juga dinyatakan positif dalam antibodi ini. Tes tersebut tak bisa memastikan diagnosis yang tepat pada lupus.

Ada tes laboratorium lain yang bisa membantu tim medis dalam mendiagnosa lupus, akan tetapi hasilnya tidak terlalu akurat. Dokter biasanya membuat diagnosis dari kombinasi gejala yang pasien alami berikut dengan riwayat kesehatan, keluarga dan tes laboratorium.

"Kehamilan juga bisa menyebabkan lupus maka dari itu ibu hamil harus selalu memeriksakan kesehatannya," ucap Dr Bakshandeh. Diagnosis lupus biasanya sering diawali dengan perubahan pada kulit seperti ruam, peka terhadap matahari, lesi pada membran mukosa di mulut, rambut rontok dan tumbuhnya jerawat.

3. Ada lebih dari satu jenis lupus

Jenis yang paling umum dari lupus adalah yang memengaruhi organ utama dan menyebabkan peradangan di sekujur tubuh. SLE umumnya menyerang daerah-daerah kulit, ginjal, jantung, darah, sendi dan saraf. National Institutes of Health (NIH) mengatakan bahwa Lupus Nefritis adalah kerusakan ginjal yang disebabkan oleh peradangan lupus dan memengaruhi hingga 60 persen pasiennya.

Jenis lain yaitu lupus sistemik atau cutaneous lupus erythematosus yang lebih umum menyerang bagian kulit. Menurut lembaga yang menangani hal ini, pasien lupus biasanya diawali dengan gejala munculnya ruam pada kulit.

4. Kadang-kadang lupus bersifat sementara

Dr Bakshandeh mengatakan bahwa banyak orang yang masih kurang paham dengan gejala lupus. Ada sindrom lain yaitu drug induced lupus dimana gejalanya sangat mirip dengan lupus sistemik namun hal ini disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Gejala lupus pada sindrom ini akan pergi beberapa bulan setelah menghentikan obat yang bisa menyebabkan drug induced lupus.

Hydralazine, obat tekanan darah tinggi ditengarai sebagai penyebab dari adanya sindrom ini. Di samping itu, mei procainamide yakni obat untuk mengatur irama jantung yang tak teratur serta isoniazid tuberculosis juga ditengarai bisa menyebabkan drug induced lupus.

Kemudian, ada neonatal lupus yang bukan bentuk asli dari lupus. Ini adalah kondisi langka dimana ibu dan bayi menunjukkan gejala menyerupai lupus sistemik. Menurut Lupus Foundation, gejala ini biasanya hilang sebelum bayi berusia 1 tahun. Bayi yang lahir dari ibu dengan lupus tak selalu memiliki kesehatan yang buruk.

5. Lupus lebih sering dialami wanita

Gejala lupus biasanya terjadi pada orang berusia 15 hingga 44 tahun dan 90 persen penderitanya adalah wanita. Menurut Lupus Research Institute, inilah sebabnya mengapa lupus umumnya dianggap sebagai penyakit wanita muda. Wanita berkulit hitam berisiko dua hingga tiga kali lebih banyak terkena lupus dibandingkan dengan wanita berkulit putih.

Meski begitu, lupus masih relatif langka karena hanya sekitar 1,5 juta atau kurang dari setengah persen warga Amerika yang didiagnosis lupus. Para peneliti mencari petunjuk untuk mengobati lupus termasuk menggunakan obat yang bisa menambah kekebalan tubuh. "Cara terbaik dalam menangani lupus adalah harus konsultasi pada rheumatologist dan mengonsumsi obat yang tepat," kata Bakashandeh.

Meskipun kecil kemungkinan untuk mengobati penyakit ini, Elena Anciro menyarankan untuk mengahadapinya dengan kepala dingin dan selalu berdoa karena tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan.

Baca juga :  Ini Dia 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Bisa Bikin Payudara Jadi Kendur
https://health.detik.com/read/2015/05/23/160357/2922992/763/ini-dia-5-kebiasaan-buruk-yang-diam-diam-bisa-bikin-payudara-jadi-kendur?l991104755
Halaman 2 dari 6
Seperti gangguan pada sistem imun, gejala lupus kerap datang dan pergi secara berulang. Menurut Lupus Foundation of America, gejalanya sering disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dari bentuk yang paling umum yaitu ringan hingga berat sangatlah bervariasi antara pasien satu dengan yang lainnya.

Sering dianggap sebagai rematik, lupus terkadang diklasifikasikan sebagai jenis dari arthritis namun tak selalu menimbulkan sakit pada persendian. "Sayangnya tanda dan gejala lupus sistemik tidak bisa di deteksi begitu saja. Gejala pada lupus yang sebenarnya adalah mual, muntah, demam, nyeri otot dan penurunan berat badan," ucap Dr Arta Bakshandeh, petugas medis senior di Alignment Healthcare.

Karena gejala lupus sangat bervariasi, beberapa pasien sering mengabaikan gejala tersebut. Hal ini menyebabkan lupus bisa semakin parah dan adanya kemungkinan kerusakan organ dalam. "Ketika lupus sudah memengaruhi otak saya, hal ini sudah terlambat dan saya harus mendapatkan perawatan ekstra," pungkas Elena Anciro yang didiagnosis SLE pada tahun 2001 dan ditulis pada blog-nya Face Forward.

Dr Bakshandeh menambahkan bahwa bagi penderita yang sudah mengalami SLE harus menghindari paparan sinar matahari dan banyak pasien yang mengaku sedih karena tak bisa beraktivitas layaknya manusia normal. Karena paparan sinar matahari bisa memperburuk lupus mereka.

Akibat dari kecenderungan yang bisa meniru gejala penyakit lain, lupus dianggap sulit untuk didiagnosa. Sekitar 97 persen orang dengan lupus positif dalam tes antibodi antinuklir yang bisa menghancurkan sel-sel dalam tubuh. Namun beberapa orang tanpa lupus juga dinyatakan positif dalam antibodi ini. Tes tersebut tak bisa memastikan diagnosis yang tepat pada lupus.

Ada tes laboratorium lain yang bisa membantu tim medis dalam mendiagnosa lupus, akan tetapi hasilnya tidak terlalu akurat. Dokter biasanya membuat diagnosis dari kombinasi gejala yang pasien alami berikut dengan riwayat kesehatan, keluarga dan tes laboratorium.

"Kehamilan juga bisa menyebabkan lupus maka dari itu ibu hamil harus selalu memeriksakan kesehatannya," ucap Dr Bakshandeh. Diagnosis lupus biasanya sering diawali dengan perubahan pada kulit seperti ruam, peka terhadap matahari, lesi pada membran mukosa di mulut, rambut rontok dan tumbuhnya jerawat.

Jenis yang paling umum dari lupus adalah yang memengaruhi organ utama dan menyebabkan peradangan di sekujur tubuh. SLE umumnya menyerang daerah-daerah kulit, ginjal, jantung, darah, sendi dan saraf. National Institutes of Health (NIH) mengatakan bahwa Lupus Nefritis adalah kerusakan ginjal yang disebabkan oleh peradangan lupus dan memengaruhi hingga 60 persen pasiennya.

Jenis lain yaitu lupus sistemik atau cutaneous lupus erythematosus yang lebih umum menyerang bagian kulit. Menurut lembaga yang menangani hal ini, pasien lupus biasanya diawali dengan gejala munculnya ruam pada kulit.

Dr Bakshandeh mengatakan bahwa banyak orang yang masih kurang paham dengan gejala lupus. Ada sindrom lain yaitu drug induced lupus dimana gejalanya sangat mirip dengan lupus sistemik namun hal ini disebabkan oleh obat-obatan tertentu. Gejala lupus pada sindrom ini akan pergi beberapa bulan setelah menghentikan obat yang bisa menyebabkan drug induced lupus.

Hydralazine, obat tekanan darah tinggi ditengarai sebagai penyebab dari adanya sindrom ini. Di samping itu, mei procainamide yakni obat untuk mengatur irama jantung yang tak teratur serta isoniazid tuberculosis juga ditengarai bisa menyebabkan drug induced lupus.

Kemudian, ada neonatal lupus yang bukan bentuk asli dari lupus. Ini adalah kondisi langka dimana ibu dan bayi menunjukkan gejala menyerupai lupus sistemik. Menurut Lupus Foundation, gejala ini biasanya hilang sebelum bayi berusia 1 tahun. Bayi yang lahir dari ibu dengan lupus tak selalu memiliki kesehatan yang buruk.

Gejala lupus biasanya terjadi pada orang berusia 15 hingga 44 tahun dan 90 persen penderitanya adalah wanita. Menurut Lupus Research Institute, inilah sebabnya mengapa lupus umumnya dianggap sebagai penyakit wanita muda. Wanita berkulit hitam berisiko dua hingga tiga kali lebih banyak terkena lupus dibandingkan dengan wanita berkulit putih.

Meski begitu, lupus masih relatif langka karena hanya sekitar 1,5 juta atau kurang dari setengah persen warga Amerika yang didiagnosis lupus. Para peneliti mencari petunjuk untuk mengobati lupus termasuk menggunakan obat yang bisa menambah kekebalan tubuh. "Cara terbaik dalam menangani lupus adalah harus konsultasi pada rheumatologist dan mengonsumsi obat yang tepat," kata Bakashandeh.

Meskipun kecil kemungkinan untuk mengobati penyakit ini, Elena Anciro menyarankan untuk mengahadapinya dengan kepala dingin dan selalu berdoa karena tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan.

Baca juga :  Ini Dia 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Bisa Bikin Payudara Jadi Kendur
https://health.detik.com/read/2015/05/23/160357/2922992/763/ini-dia-5-kebiasaan-buruk-yang-diam-diam-bisa-bikin-payudara-jadi-kendur?l991104755

(Radian Nyi Sukmasari/Radian Nyi Sukmasari)

Berita Terkait