Dr Ramaswamy Akhileswaran, CEO sekaligus Direktur Medis HCA Hospice Care menyebut bahwa hospice care adalah pelayanan paliatif khusus bagi pasien yang memang benar-benar dalam kondisi parah. Dalam artian, dokter sudah memberikan angka harapan hidup kepada pasien tak lebih dari satu tahun.
"Hospice care merupakan bagian dari pelayanan paliatif, namun pasien harus memiliki kondisi khusus. Yakni angka harapan hidup kurang dari satu tahun serta pengobatan kuratif sudah berhenti dilakukan," tutur Dr Akhileswaran, dalam temu media Singapore International Foundation di HCA Hospice Care, Singapura, Rabu (27/5/2015).
Baca juga: Bukan Hanya Menyembuhkan, Pelayanan Paliatif Memastikan Pasien Mendapatkan Perhatian
Pelayanan ini juga bebas biaya, sebagai bentuk lain dari pelayanan paliatif yang mencoba mengurangi beban pasien semaksimal mungkin. Dr Akhileswaran menyebut bahwa 85 persen pasien hospice care merupakan pengidap kanker, dan sudah berhenti melakukan ragam pengobatan seperti kemoterapi dan radioterapi.
Data yang dimiliki HCA Hospice Care mencatat 56 persen pasien mereka dapat meninggal dengan nyaman dan tenang di rumah. Yang lebih hebat, 96 persen pasien terbebas dari segala keluhan penyakit, termasuk rasa sakit ataupun tidak nyaman, ketika meninggal dunia.
Esther, perawat dari HCA Loving Heart (Jurong) Centre, salah satu cabang satelit HCA Hospice Care, menyebut bahwa permintaan terakhir dari pasien pelayanan paliatif tak boleh disepelekan. Mengingat hal tersebut merupakan salah satu cara mereka untuk lebih tenang ketika menghadapi kematian.
Ia mengatakan pasien rata-rata meminta untuk dipakaikan gaun atau baju khusus ketika disemayamkan. Beberapa pasien juga meminta upacara atau seremoni khusus yang dilakukan ketika mereka sudah meninggal.
"Salah satu pasien saya sempat meminta dipakaikan gaun dan riasan merek tertentu, yang dibalas dengan sedikit tidak peka oleh keluarga. Mengatakan 'mama tidak perlu repot-repot menggunakan gaun dan make-up karena Mama akan meninggal' sama sekali tidak membantu pasien menghadapi kematian dengan tenang," urainya.
Baca juga: RS Ini Sediakan Wine, Pasien Bisa Minum-minum Sebelum Ajal Menjemput
Dr Akhileswaran mengatakan hal serupa. Sangat penting menurutnya untuk membuat pasien meninggal dengan tenang, nyaman dan tanpa rasa sakit karena jika pasien merasa kesakitan dan menderita, beban psikologis yang ditanggung keluarga akan lebih besar.
"Melihat keluarga Anda meninggal dengan rasa sakit dan teriakan akan menghantui Anda selama 5, 10 hingga 20 tahun ke depan. Hal ini dapat membuat psikologis terganggu. Karena itu kami selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pasien," ungkapnya.
(Muhamad Reza Sulaiman/AN Uyung Pramudiarja)











































