Cerita Pasien Bupati Kulonprogo, Bisa Hamil Setelah Disuruh Setop Merokok

Cerita Pasien Bupati Kulonprogo, Bisa Hamil Setelah Disuruh Setop Merokok

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Jumat, 29 Mei 2015 14:17 WIB
Cerita Pasien Bupati Kulonprogo, Bisa Hamil Setelah Disuruh Setop Merokok
dr Hasto Wardoyo SpOG (foto: dian/detikHealth)
Jakarta - Infertilitas yang bisa membuat pasangan suami istri sulit memiliki keturunan juga dipengaruhi oleh gaya hidup, salah satunya kebiasaan merokok. Terkait hal ini, bupati Kulonprogo dr Hasto Wardoyo SpOG juga punya pengalaman tersendiri.

"Ada pasien saya suami istri merokok dan selama 6 tahun itu sulit punya anak. Sperma si pria diketahui bagus kualitasnya, akhirnya saya suruh berhenti merokok dua-duanya, eh enam bulan kemudian alhamdulillah bisa hamil," tutur dr Hasto.

"Saya suruh setop merokok mereka, lalu dijadwalkan kapan saja berhubungan intimnya, enam bulan kemudian hamil. Ya walaupun menjadi bupati saya tetap upayakan praktik minimal seminggu sekali, bisa juga karena harus melakukan operasi kista atau caesar," kata dr Hasto ditemui di hotel Kartika Chandra, Jakarta, Jumat (29/5/2015).

Secara logika, menurut dr Hasto wanita perokok berat memiliki folikel atau indung telur yang tidak berkembang. Hal ini terjadi karena pengaruh zat-zat pada rokok yang bisa menjadi racun bagi folikel. Umumnya, folikel bisa berkembang sampai ukuran 20 mm.

Saat mencapai kondisi matang, sel telur dalam folikel pun akhirnya 'menetas' hingga sel telur dapat bertemu sperma hingga terjadi pembuahan. Sayangnya, pada wanita perokok, yang terjadi justru folikel mereka bisa tidak berkembang dan ukurannya dikatakan dr Hasto hanya sekitar 8 mm.

Baca juga: Ibu Hamil Terpapar Asap Rokok, Bayi Bisa Berisiko Lahir Hiperaktif

"Istilahnya calon telurnya ini nggak berkembang, nggak masak-masak dan akhirnya tidak bisa menetas. Makanya pada pasien saya tadi, disetop merokok dua-duanya, dikasih vitamin dan 6 bulan kemudian istrinya ini hamil," kata dr Hasto.

Selain memengaruhi fertilitas pada pria dan wanita, rokok juga dikatakan dr Hasto berpengaruh pada tumbuh kembang janin yang simetris. Simetris dalam artian bahwa pertumbuhan antara panjang dan berat janin sama-sama kurang dan di bawah normal. Kondisi ini, lanjut dr Hasto terjadi karena merokok bisa mengakibatkan gangguan nutrisi sejak awal pertumbuhan janin.

Akibatnya, pertambahan panjang bayi bisa terjadi lebih dulu, sementara kondisi berat badannya terganggu. Dengan kata lain, bayi tumbuh simetris di mana tumbuh kembangnya sangat lambat karena baik panjang atau beratnya sama-sama rendah. "Ibaratnya orang kekurangan gizi di akhir masa kehamilan kan jadinya si bayi tidak tumbuh normal," ujar dr Hasto.

Baca juga: Tak Cuma Mendengar, Janin Juga Bisa Kaget Saat Ibunya Bersin Lho



(Radian Nyi Sukmasari/AN Uyung Pramudiarja)

Berita Terkait