dr Piprim B Yanuarso, Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan kontroversi vaksin MMR bermula pada tahun 1998. Kala itu The Lancet, salah satu jurnal kesehatan ternama dari Inggris, menerbitkan penelitian yang dilakukan oleh dr Andrew Wakefield.
Baca juga: Penjelasan Dokter Soal Anak Sehat Meski Tak Divaksinasi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu saja karena yang menerbitkan jurnal bergengsi, tidak sedikit yang terpengaruh. Tapi para ahli lainnya tidak langsung percaya. Mereka melakukan bantahan melalui penelitian," tutur dr Piprim, dalam acara GSK Smart Parent di Gran Melia Hotel, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2015).
Penelitian tersebut melibatkan satu juta anak dari berbagai belahan dunia. Anak-anak tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yang mendapat vaksin MMR, dan kelompok kedua tidak mendapat vaksin MMR.
Hasil penelitian ternyata membuktikan bahwa tidak ada kaitan antara vaksin MMR dengan risiko autisme. Penelitian tersebut menyebut bahwa autisme lebih dipengaruhi oleh riwayat keluarga dan terjadi pada kedua kelompok, baik kelompok yang mendapat vaksin MMR maupun yang tidak.
"Jadi sudah disebutkan secara jelas bahwa vaksin MMR tidak menyebabkan autisme. Bahkan angka pengidap autisme lebih besar pada kelompok yang tidak mendapat MMR. Autisme pengaruhnya dari keluarga, kalau kakaknya mengidap autisme, adiknya kemungkinan besar juga mengidap autisme," tutur dokter yang juga penemu klinik Rumah Vaksin ini.
Baca juga: Militer Turun Tangan, Vaksinasi Lancar dan Kasus Polio di Pakistan Turun
Investigasi yang dilakukan terhadap dr Andrew Wakefield membuktikan bahwa penelitiannya penuh manipulasi dan tak dijalankan dengan kode etik. Atas pelanggaran tersebut, konsil kedokteran Inggris pun mencabut surat izinnya sebagai dokter dan peneliti.
Jurnal Lancet pun menerbitkan permintaan maaf, sekaligus menarik tulisan Wakefield dari daftar penelitian. Akhirnya pada tahun 2011, penelitian soal vaksin MMR dapat menyebabkan autisme diakui sebagai penelitian palsu dan tidak bisa dijadikan acuan kedokteran. (mrs/vit)











































