Kisah Pekerja Bangunan Asal Indonesia Puasa di Negeri Arab

Inspirasi Sehat Berpuasa

Kisah Pekerja Bangunan Asal Indonesia Puasa di Negeri Arab

Nurvita Indarini - detikHealth
Jumat, 19 Jun 2015 13:59 WIB
Kisah Pekerja Bangunan Asal Indonesia Puasa di Negeri Arab
Foto: Vita/detikHealth
Jakarta - Namanya Mukaram. Pria asal Jawa Tengah berusia 45 tahun ini sudah cukup lama merasakan puasa di negeri orang. Maklum sejak sekitar enam tahun terakhir, dia menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI), yang bekerja di negara-negara Arab.

"Agak beda dengan di Indonesia ya. Di sini memang hawanya lebih panas. Kalau mau puasa penuh ya makan dan minum yang benar saat sahur dan berbuka. Tapi yang penting sih niat ya. Mau makan dan minum sebanyak apapun kalau niatnya nggak kuat ya bisa aja puasanya bolong," tutur Mukaram awal bulan lalu saat ditemui di Madinah, Arab Saudi, dan ditulis pada Jumat (19/6/2015).

Mukaram dulunya bekerja sebagai pengrajin meubel. Namun usaha ini kemudian kurang menjanjikan lantaran kayu jati sebagai bahan bakunya menjadi semakin sulit didapat. Karena itu, meskipun ada bahan baku, harga meubelnya pun menjadi lebih mahal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah dapat kayu jatinya. Kalau mau bagus kan pakainya jati tua. Kalau yang masih muda, tidak sebagus yang sudah tua. Harganya kalau yang jati tua memang mahal, jadi susah saya mau bikin dan jualnya," keluh Mukaram.

Akhirnya dia mencoba peruntungan di negeri orang. Awalnya dia bekerja di Qatar sebagai tukang bangunan, melalui penyaluran perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia. Pengalamannya di bidang meubel, membuatnya di tempatkan di bagian perkayuan.

"Saya juga sempat mengalami puasa di Qatar. Menurut saya di sana kok lebih panas ya ketimbang di Saudi. Tapi puasa saya, alhamdulillah lancar saja," imbuhnya.

Baca juga: Ini Kunci Sukses Menjalani Puasa di Pekan Pertama

Kemudian Mukaram berpindah lokasi kerja. Dia ditempatkan di Makkah, bergabung dengan pekerja lainnya membangun perluasan Masjidil Haram. Baginya, bisa bekerja di Tanah Suci bagi umat Muslim merupakan kebanggaan tersendiri.

"Bisa sering umrah. Sebulan bisa sekali atau dua kali. Kalau berangkat umrahnya dari Indonesia kan pasti butuh uang yang nggak sedikit," kata pria yang rambutnya mulai beruban ini.

Puasa di negeri orang dengan di negeri sendiri pasti berbeda. Saat di negeri orang, Mukaram harus menyimpan keinginannya berbuka dan sahur bersama keluarga. Tapi jalan ini sudah dipilihnya. Dengan keikhlasan hati, dia harus menjalaninya.

"Kadang saya sahur pakai roti dan minum zam zam. Di sini enaknya bisa minum zam zam sepuasnya. Kalau puasa kita biasanya kerja cuma setengah hari. Maklum, di sini kan panas sekali," tambah Mukaram sembari menambahkan minum cukup saat buka dan sahur adalah salah satu kunci untuk tetap prima saat puasa di tengah cuaca panas.

Saat ini Mukaram bekerja di Madinah, menjadi salah satu pekerja di pembangunan penambahan area Masjid Nabawi. Kini, dia lebih banyak mendapat tugas mengisi galon air untuk minum para pekerja bangunan, ketimbang melakukan pekerjaan tukang kayu. Alasannya saat ini pekerjaan yang menggunakan kayu sudah makin sedikit.

"Yang penting masih ada pekerjaan buat saya. Kalau saya ikhlas, ya insya Allah berkah," ucap Mukaram.

Baca juga: Yuk Disiapkan! Menu Sahur Seperti Ini Bisa Bantu Jaga Fokus Saat Puasa

Karena waktu kerjanya di bulan puasa yang lebih pendek, Mukaram memanfaatkan waktunya untuk berdiam di masjid. Membaca Alquran di merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukannya sembari menunggu waktu berbuka tiba.

"Di sini, saya sebulan bisa dapat uang sampai Rp 6 juta. Mungkin uang sebanyak itu tiap bulan nggak bisa saya dapat di Indonesia. Tapi saya sih masih inginlah kerja di Indonesia, dekat keluarga. Tapi nanti, saya kumpul modal dulu," ucap Mukaram dengan tatapan menerawang ke angkasa, ke langit Madinah yang siang itu begitu terik. (vit/up)

Berita Terkait