Kritik pun bermunculan, salah satunya dari ahli farmakologi dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Prof Zullies Ikawati, Apt. Menurut Prof Zullies, temuan YLKI cenderung membuat resah karena tidak disertai penjelasan lebih lanjut.
"YLKI nggak bisa cuma melempar isu, tapi juga harus menjelaskan dengan lebih detail," tegas Prof Zullies saat dihubungi detikHealth, Rabu (8/7/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Daftar Pembalut dan Pantyliner Mengandung Zat Berbahaya Temuan YLKI
Selanjutnya, YLKI juga perlu menjelaskan lebih detail dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh klorin. Dalam proses bleaching atau pemutihan, klorin menghasilkan byproduct atau hasil samping yakni dioxin yang bersifat racun. Keberadaan dioxin dalam pembalut tidak dijelaskan dalam temuan YLKI.
Meski begitu, Prof Zullies menilai sah-sah saja YLKI untuk mengadvokasi kepentingan konsumen. Menurutnya, tetap ada manfaat yang bisa diambil dari hasil pemeriksaan YLKI terhadap 9 merek pembalut dan 7 merek pantyliner tersebut.
"Paling tidak, proses pemutihan bahan-bahan untuk pembalut masih pakai klorin. Itu faktanya," kata Prof Zullies.
Di negara maju, penggunaan klorin dalam proses bleaching sudah banyak ditinggalkan. Sebagai gantinya, bleaching dilakukan dengan senyawa lain yakni hidrogen peroksida (H2O2). Klorin ditinggalkan salah satunya karena menghasilkan byproduct senyawa toksik yakni dioksin.
Baca juga: Kemenkes Jamin Pembalut dan Pantyliner yang Beredar Aman Digunakan (up/vit)











































