Peneliti dari Uni Research di Bergen, Norwegia, yang dipimpin oleh pakar psikologi, Mary Hysing, melakukan penelitian yang melibatkan 10.220 remaja Norwegia berusia 16 hingga 19 tahun. Peneliti memperoleh informasi yang valid mengenai kesehatan mental masing-masing responden, termasuk kecenderungan perilaku self-injury dan kebiasaan tidur mereka.
Secara keseluruhan, peneliti menemukan 702 (7,2%) remaja yang kerap melakukan self-injury, bahkan 55% di antaranya mengaku telah melukai dirinya lebih dari satu kali. Pada kelompok dengan kecenderungan self-injury ini, ditemukann bahwa hampir seluruhnya menderita insomnia dan kurang tidur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data tersebut, kecenderungan menyiksa diri lebih sering terjadi pada remaja perempuan dibandingkan remaja laki-laki. Menariknya, pada kelompok remaja yang menjadi objek penelitian kali ini, kecenderungan perilaku self-injury terjadi empat kali lebih besar. Kecenderungan ini terjadi pada responden yang memiliki semua kriteria insomnia yang ditetapkan oleh peneliti.
Seperti dikutip dari Medical Daily, Jumat (31/7/2015), para peneliti mengungkapkan bahwa insomnia bisa diidentifikasi dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu durasi tidur yang pendek, waktu terjaga yang panjang, kerap terbangun kembali setelah tertidur, serta perbedaan jam tidur yang besar antara hari-hari kerja dan akhir pekan. Hal ini dapat menimbulkan risiko perilaku self-injury pada remaja.
Para peneliti juga menemukan bahwa remaja dengan perilaku self-injury juga mengalami peningkatan risiko depresi dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yaitu gangguan perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, dan susah berkonsentrasi. Namun para peneliti tidak menemukan keterkaitan langsung antara depresi dan perilaku self-injury.
Sebelumnya pada 2014, sebuah penelitian telah menemukan bahwa orang dewasa yang kurang tidur memiliki tingkatan risiko bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang beristirahat dengan cukup. Bahkan, ketika penelitian tersebut berlangsung dalam periode 10 tahun, 20 dari 420 partisipan penelitian meninggal akibat bunuh diri.
Baca juga: 6 Cara Bagaimana Kurang Tidur Bisa Rusak Kualitas Hidup
Hasil penelitian ini akhirnya menyimpulkan bahwa kesulitan tidur dalam jangka waktu yang lama membuat orang dewasa 1,4 kali lebih berisiko melakukan bunuh diri. Meskipun penelitian Mary Hysing pada remaja ini tidak menemukan kaitan antara kurang tidur dan bunuh diri pada remaja, namun pola tidur yang baik tetap diperlukan untuk mengatasi stres dan masalah kesehatan mental lainnya.
"Para pekerja medis dan orang-orang lainnya harus menyadari fakta bahwa pola tidur yang baik dapat mencegah stres dan peningkatan emosi negatif. Pengaturan pola tidur adalah salah satu faktor yang harus dipertimbangkan untuk digunakan dalam mencegah dan mengobati kecenderungan self-injury di kalangan remaja, tutup Hysing.
(mrs/up)











































