Bahkan, peneliti di University of York menuturkan jenis bahasa dan gaya berbicara orang dewasa sudah mulai bisa didengar dan dipahami ketika anak baru bisa berceloteh. Untuk mengetahui efek komunikasi orang tua bagi kemampuan sosial anaknya kelak, peneliti mengamati 40 ibu dan bayi mereka.
Dikatakan ketua peneliti, psikolog ELizabeth Kirk, bayi masing-masing peserta diamati saat mereka berusia 10, 12, 16, dan 20 bulan. Kemudian, akan dilihat jenis bahasa yang digunakan ibu selama bermain dengan anaknya, terutama ketika ibu mengutarakan bentuk empatinya terhadap anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cari Suami Tak Perlu Pintar, Kecerdasan Anak Turun Dari Ibu
Dikutip dari Washington Post pada Sabtu (1/8/2015), peneliti mengamati lagi si anak ketika mereka berusia 5-6 tahun dan akan dinilai kemampuan sosial kognitifnya. Untuk mendapatkan penilaian, si anak diminta menjalani tes membaca sebuah cerita dan menjawab pertanyaan yang menunjukkan pemahaman mereka terhadap konsep sosial.
Konsep sosial tersebut di antaranya ajakan, lelucon, kesalahpahaman, white lies (kebohongan putih-red), serta kebohongan. Hasilnya, ditemukan bahwa anak yang ibunya sering melontarkan komentar berdasarkan pemikirannya, memiliki skor yang lebih tinggi.
"Temuan ini menunjukkan bagaimanapun kemampuan ibu mendengarkan atau lebih peka terhadap pikiran serta perasaan buah hatinya sejak dini membantu anak untuk belajar empati dengan kehidupan orang lain," kata Kirk.
Dalam laporannya di British Journal of Developmental Psychology, Kirk menekankan peran orang dewasa untuk lebih peka terhadap pikiran dan perasaan anak bisa membantu perkembangan sosial anak kelak. Sehingga, anak bisa lebih memahami pikiran atau perasaan orang lain.
Baca juga: Tingkat Empati Seseorang Dipengaruhi Gen
(rdn/up)











































