Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin dari D&I Skin Centre Denpasar, dr Laksmi Duarsa, SpKK, henna seharusnya memiliki sifat aman karena terbuat dari bahan alami dan tumbuh-tumbuhan. Namun tetap saja, tidak semua orang memiliki kecocokan yang sama saat memakai henna.
"Pada sebagian orang memang bisa menimbulkan ketidakcocokan dan infeksi. Kalau orang tersebut punya bakat keloid ya bisa muncul keloid," ujar dr Laksmi kepada detikHealth, seperti ditulis pada Senin (3/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh sebab itu, dr Laksmi menyarankan jika ingin memakai henna sebaiknya dicoba terlebih dahulu apakah kulit Anda cocok dengan produk henna tersebut. Ada baiknya juga Anda lebih teliti saat memilih produk henna atau salon tempat pemasangan henna. Jangan mudah tergoda dengan harga yang murah.
"Tapi yang penting dicoba dulu, kalau tidak ada respons gatal atau kemerahan setelah 2-3 jam, bisa dipakai. Tapi kalau malah gatal, jangan diteruskan karena berarti tidak cocok," tutur dr Laksmi.
Ditambahkan oleh dr Eddy Karta, SpKK, bahwa henna sendiri sebenarnya adalah tumbuhan henna (Lawsonia inermis) yang memiliki partikel yang bisa berikatan dengan protein di kulit kuku dan rambut. Warna henna ini akan menjadi semakin gelap bertahap dan umumnya berwarna merah sampai cokelat tua.
Namun istilah henna kemudian dipakai juga untuk pewarna yang bukan berasal dari tanaman henna sehingga munculah istilah black henna yang sesungguhnya warna hitam bukan dari tanaman henna tersebut.
"Saat ini pewarna black henna sudah dilarang digunakan di banyak negara. Ini karena bukan berasal dari henna dan untuk mendapatkan warna hitam temporary itu ditambahkan kandungan para phenylenediamine (PPD). PPD inilah yang banyak menimbulkan masalah," ungkap dokter spesialis kulit dan kelamin dari EDMO Clinic Jakarta Selatan ini.
Baca juga: Timbul atau Rata, Ini Sebabnya Bekas Luka Operasi Caesar Tiap Ibu Berbeda
(ajg/vit)











































